My Arrogant Twin

16.6K 1.3K 73
                                    


CHAPTER 11

Alan berdiri mematung memandang keluar dari balkon kamarnya, malam sudah larut, tapi ia tak juga merasa ngantuk.

Hari ini begitu ajaib, semua terjadi begitu cepat. Ia baru saja melamar Pingky untuk menjadi calon istrinya, ia tak bisa menolak keinginan ibunya.

Bukannya ia tidak menyukai Pingky, tapi jujur, saat ini yang ada di hatinya adalah Pingkan.

Gadis jutek yang selalu marah-marah tapi mampu membuatnya takluk tanpa perlawanan.

Ia tak sanggup menatap ke arah Pingkan saat itu, apalagi ada Ali di sana. Entah apa yang terjadi nanti, jika Alan menikah dengan Pingky dan kemungkinan akan semakin sering bertemu dengan Pingkan.

Apa ia sanggup menahan diri untuk tidak menemui atau menyentuh gadis itu. Sekarang semuanya semakin rumit, tak mungkin ia seperti ini terus. Setiap kali ia mencoba melupakan Pingkan, kenangan saat ia menciumnya semakin kuat.

Ia berniat menemui Pingkan besok untuk meminta maaf dan mengakhiri semuanya. Ia berniat mulai membangun hubungan dengan Pingky.

***

"Selamat pagi, selamat datang..."
Pingky menyapa para pelanggannya ramah.

Seorang wanita paruh baya masuk ke dalam toko tersebut sambil mendorong pria yang sepertinya lumpuh.

"Selamat pagi ibu, mau makan di sini atau take away?" tanya Pingky menghampiri mereka.
"Makan di sini" jawabnya lembut.

Pingky sempat terpana karena kecantikkannya, meskipun sudah tua, tapi kecantikkannya tidak pudar.

"Ee..maaf, silakan duduk" ucapnya cepat setelah tersadar dari lamunannya.

"Mau pesan apa?"
"Sesuatu yang lembut, tidak terlalu manis tapi cukup mengeyangkan, ada?"
"Oh, ada, kita punya menu bread puding yang manisnya dari buah asli"
"Boleh, pesan 2, dan minumnya air mineral ada"
"Ada, akan saya pesankan, itu saja cukup?"
"Ya..cukup"

Pingky terhenti saat melihat kalung yang digunakan oleh pria di kursi roda tersebut.

"Rasanya pernah liat kalung itu, tapi di mana ya?" gumamnya pelan.
"Ada apa?kenapa kamu liatin saya kaya gitu?" suara berat sang bapak membuat Pingky terkejut.
"Ee..maaf, saya ga sengaja liat kalung bapak, bagus banget"

Wanita tersenyum lembut sedangkan pria itu memilih tak merespon Pingky.

Pingky dengan cepat berbalik arah lalu menyiapkan pesanan untuk mereka.

"Kau harus merubah moodmu"
"Kau tidak perlu mendikteku"

Tak berapa lama Pingky datang dengan membawa pesanan mereka.

"Ini pesanannya, selamat menikmati, semoga hari ini menyenangkan" serunya girang.

"Aku mau ke toilet sebentar, boleh minta tolong temani bapak ini sebentar?" pinta wanita itu sebelum Pingky meninggalkan mereka.
"Baik, dengan senang hati" seru Pingky lagi.

Wanita itu hanya tersenyum lalu meninggalkan mejanya.

"Wanita itu, memangnya aku anak kecil yang harus dititipkan?"
"Apa, bapak bilang apa?"
"Bukan urusanmu, aku bicara pada diriku sendiri"
"Oh maaf"

Pria itu sedikit kesulitan saat hendak menggenggam sendok, Pingky dengan cepat membantunya dan mendekatkan mangkuk puding ke arahnya.

"Aku bisa sendiri, tidak perlu membantuku"
"Oom ini kenapa sih marah-marah terus" gumamnya pelan karena ketakutan.

TRANGGG....

Sendok yang ia pegang pun terjatuh, Pingky dengan cepat mengambilnya dan mengganti dengan yang baru.

My Arrogant TwinWhere stories live. Discover now