Part 3

129K 8K 220
                                    

Anneyeong^^ maaf lama update , kan kmren
udh ksih alasannya kenapa bisa lama hehe ,happy reading^^

****

"Hentikan pikiran mesummu itu bodoh!"

GLEK!

Aku berdiri terpaku sambil memegang pembatas balkon. Pria yang sedang terlentang itu melepas kacamata hitamnya, dia tidak terlihat habis bn angun tidur. Berarti berarti.... sedari tadi dia melihatku yang seperti orang bodoh ini !? KYAAA!!!

"Ka..ka..kau kenapa bisa disitu!?" tanyaku gugup. Bray sekarang sepenuhnya melepas kacamata hitamnya dan menaruhnya di atas kursi. Dia terbangun lalu berdiri tegak, seakan memang ingin menggodaku, dia merenggangkan tangannya ke atas dengan gerakan slow motion.

Ohh my God! Otot-otot tangannya membuatku mabuk kepayang!!!!

"Memangnya kenapa kalau aku disini?" tanya Bray balik. Dia menyandarkan kedua tangannya di atas pegangan balkon sambil melihatku lurus. Mata birunya itu mampu membius seluruh nadi di dalam tubuhku!

"Ehm, tidak apa-apa. Aku kan hanya bertanya saja." jawabku bohong. Padahal dalam hatiku, masih banyak sekali pertanyaan kenapa Bray bisa tinggal di apartemen sebelah. Belum lagi, kenapa dia kemarin bisa tahu password apartemenku? Itulah yang masih menjadi misteri hingga sekarang.

"Ohh," jawab Bray. Oh lagi? Tapi sekarang dia tidak pergi seperti waktu itu, melainkan dia melihatku dengan tatapan menusuknya tanpa ada hal yang ingin di bicarakan.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanyaku gugup. Bray menggodaku lagi, sekarang dia tersenyum penuh arti.

"Tidak ada, kenapa?" tanya Bray balik. Dia sok cuek tetapi tidak dengan matanya yang melihatku dengan geli.

"Kenapa apanya? Kan aku bertanya padamu," balasku. Dia terkekeh pelan lalu kembali melihatku lurus.

"Kau cantik, Deira."

BLLUUUUUSSSHHHH!!!

Tiga kata yang barusan di ucapkan Bray barusan sukses membuat jantungku ingin keluar. Belum lagi sekarang pipikut erasa hangat. Kyaa!! Untuk pertama kalinya Bray memujiku cantik.

"Aa..apa maksudmu?" tanyaku guna meyakinkan hatiku sekali lagi. Apa tadi nyata atau ilusi semata?

"Bodoh, tidak ada siaran ulang. Masuklah, angin malam tidak baik untuk tulangmu," tutur Bray panjang lebar. Dia.. Perhatian sekali. Ya Tuhan, aku melting! Bray kembali memasang kacamata hitam lalu merebahkan tubuhnya di atas kursi santai itu. Dia berniat untuk tidur atau hanya untuk menggodaku supaya lompat kesana hah?

"Ahh, aku mau disini. Bukannya angin malam begitu segar,"

Astaga, alasanku konyol sekali. Bodoh, Dei. Kau sungguh bodoh. Pantas saja Bray mengejekmu seperti itu. Duh duh duh.

"Deira, bukannya kau mau mandi tadi?" Tiba-tiba kepala kak Kelvin menyembul sedikit dari balik kaca balkon. Ckck, kak Kelvin! Menganggu suasana banget tau gak sih!! Nah kan, aku jadi ikut-ikutan bahasa gaulnya kak Melvin.

"Iya, kak. Ehmm, iya sudah deh." Aku menggaruk tengkuk leherku, padahal tidak gatal. Yah, padahal aku masih ingin menikmati sosok fantasi liarku itu. Aku pun berjalan lesu masuk ke dalam, untuk yang terakhir kalinya aku melihat Bray. Perasaanku saja atau memang kenyataan kalau Bray tadi tersenyum? Tidak mungkin, pasti perasaanku saja. Ya, it's just my feeling.

"Wuaaahh kak Flo masak apa kak? Wangi sekali," Aku mengenduskan hidungku ke udara guna menghirup aroma masakan yang menghinoptis indera penciumanku itu.

"Entah, kenapa tidak lihat saja? Kakak mau mengurus Billy dulu. Dia sudah bangun tidur." jawab kak Kelvin sambil memasuki kamar yang bersebrangan dengan kamarku. Tak buang-buang waktu, aku melesat pergi ke dapur. Ada Kak Flo, kakak iparku yang super cantik itu sedang memasak sesuatu.

Forever Love (DEIRA D. FRANKLIN)Where stories live. Discover now