Part 2

140K 8.3K 321
                                    

Wuaaaa xD itu cast buat bray wkwkwkw ganteng banget :D KYAAAA , MAAF aku kelepasan wkwk, happy reading^^

****

"Wooooo, mataku mataku. Astaga!" Aku langsung berlari ke dalam toilet divisiku ini sambil menutup sebelah mataku dengan telapak tangan. Mataku sangat perih karena tadi tidak sengaja terkena cipratan saos lasagna yang kumakan. Mungkin aku terlalu lahap kali, ya tidak bisa juga sih. Ini kan pemberian Bray. Hahaha.

Ckck, softlens menyebalkan! Aku tidak mau memakai benda laknat itu lagi. Sungguh! Biarkan saja apa kata orang tentang mataku, menurutku ini keren. Jarang-jarang kan ada orang yang mempunyai dua iris mata yang berbeda warna. Bagus lagi, satunya merah terang, satunya orange. Apa ya sebutan biologinya? Aku lupa. Hmmm, heterotropi? Heteromisia? Arggh, atau hipertemia? Atau haters? Hahaha, bukan bukan. Ahh kesal, aku memang tidak menyukai pelajaran IPA dari kecil, apalagi biologi.

Setelah mencuci kedua tanganku, melepas softlens dan menaruhnya di wadah khusus, aku segera membasuh wajahku. Lebih nyaman sekarang. Ahh, leganya. Tapi tiba-tiba, handphone yang berada di dalam saku blazer-ku berdering. Ini lagi, benda satu ini tidak berhenti berdering dari tadi. Nanti di angkat kok, sabar-sabar. Tak lama dari itu, bunyi deringan orang menelpon tidak terdengar lagi. Lantas aku pun merogoh benda itu dan WOW! Aku tercengang saat melihat notification di layar.

17 missed call dari Kak Melvin

4 missed call dari Kak Kelvin

2 missed call dan 3 message dari Mama

5 missed call dari Papa

Sepertinya aku memang tidak memeriksa handphone-ku dari semalam lebih tepatnya setelah Bray, si bos sexy itu mengantarku pulang. Tapi mengapa Kak Melvin yang paling sering menelpon, ada apa ya dengannya? Tumben sekali.

Dddrrrttt...Dddrrrtttt...

Oh My! Hampir saja aku menjatuhkan handphone-ku. Aku melihat lagi siapa yang menelponku, rupanya dari kak Melvin. Cepat-cepat aku mengangkat telepon itu.

"DEIRAAAAA, KENAPA KAU BARU MENGANGKAT TELEPONMU!!" teriak Kak Melvin dari sambungan telepon itu. Refleks aku menjauhkan handphone dari telingaku yang berdengung setelah mendengar teriakan darinya tadi.

"Kak, kenapa? Santai saja sih, woles woles!" ucapku. Walaupun aku tidak tahu dengan arti sebenarnya dari kata 'woles' , tetapi aku menirunya dari kak Melvin. Kakak-ku itu sering berucap woles saat kami sedang kesal atau marah-marah dengannya. Menyebalkan bukan?! Mentang-mentang dia jago berbahasa Indonesia.

"Kakak serius Dei, kamu semalam di apain sama Milo? Jawab sekarang!" paksa kak Melvin. Dasar aneh, bisa tidak jangan menyisipkan bahasa Indonesia, untung saja aku tahu. Tapi tunggu, kenapa kak Melvin bisa tahu aku semalam hampir jadi santapan gratis teman vampire-nya itu?

"Tidak apa-apa kok, Kak. Semalam Dei di tolong oleh Bray."

"Sial!" Omo, Kak Melvin mengumpat! "Kakak gak bisa tinggal diam Dei, nanti kakak hajar habis-habisan si Milo sialan itu! Kamu gak apa-apa kan?" tanya kak Melvin lagi. Perlu diketahui, kalimat yang barusan dia katakan padaku tadi FULL Indonesia. Kak Melvin memang hoby memakai bahasa Mama itu, katanya lebih mudah dan tidak ribet. Tidak jarang, Mama dan Kak Melvin sering mengerjai kami. Sampai-sampai Papa kesal. Hahah.

"Kak, Please. I dont understand what did you say!" ucapku kesal. Terdengar kak Melvin tertawa.

"Are you okay, sweetheart?"

"Yes, I am! Sudah ya, Dei mau kerja. Kakak jangan malas-malasan di sana. Oke." Dengan cepat aku mematikan sambungan telepon Internasional itu. Pasti dia sekarang sudah terbang lagi ke Norwegia. Ya, setelah lulus S2, Kak Melvin langsung ditunjuk Papa sebagai Direktur di salah satu kantor cabang Beliau. Baru dua bulan dia menjabat, saham perusahaan sudah naik 15%. Hebat kan?! Jangan diragukan lagi kemampuan memimpin dari keluarga Franklin. Kalau aku juga mengikuti jejak kedua kakak-ku itu, aku yakin aku bisa sesukses itu. Ahh sudahlah, aku tidak menyesal bekerja di Bank ini. Lagipula aku bekerja disini kan karena ada pujaan hatiku. Bray, I LOVE YOU!

Forever Love (DEIRA D. FRANKLIN)Where stories live. Discover now