Bab 29 : Before He Left (2)

115K 1.8K 220
                                    

Holaaa...

Sesuai janji bab ini dipost hari Sabtu. Thanks buat read, vote and comment di bab2 sebelumnya.  Buat bab ini juga ya... jangan lupe :*

Happy reading, Gals!                                                     

                                                        Bab 29

Setelah memastikan obat-obatan dan test pack yang dibelinya untuk Hazel sudah lengkap semua, Marvin bergegas menuju mobil. Hazel tengah meringkuk di kursi penumpang dengan posisi menghadap pintu di sampingnya hingga memunggungi Marvin.

“Hazel?”

Marvin yang baru saja masuk ke mobil mencondongkan tubuhnya hingga melintasi jarak antara dua kursi untuk melihat dari dekat keadaan Hazel.

“Jendelanya aku buka. Please, jangan nyalain AC sama pewangi mobilnya. Aku nggak bisa nyium wangi-wangian. Termasuk bau badan kamu,”

Marvin langsung mengendus badannya. Tidak bau. Kecuali aftershave yang dipakainya. Itupun aromanya tidak begitu kuat.

“O…oke,” Marvin segera mencopot pewangi mobil dan memasukkannya ke dalam dashboard bersama bungkusan dari apotik. Mematikan AC, lalu mengemudikan mobil dengan lambat.

Sepanjang perjalanan hatinya terus bertanya-tanya.

Mungkinkah Hazel sedang hamil?

Tidak. Mungkin hanya perasaannya saja. Dan hanya naluri yang sekedar lewat saja menggiring pikirannya menebak-nebak kehamilan Hazel, sampai-sampai dia dengan konyolnya menanyakan test pack kepada petugas apotik dan membelinya sebanyak satu dus.

Lalu apa yang akan dilakukannya dengan test pack itu? Memberikannya kepada Hazel dan menyuruhnya melakukan tes urine? Mungkin jika Marvin melakukannya, maka detik itu juga Hazel akan menyuruh Marvin enyah dari hadapannya. Terlebih lagi proses terbentuknya janin itu bukan atas dasar suka sama suka tapi karena pemaksaan yang dilakukannya. Dan jika benar Hazel memang benar-benar hamil, kemungkinan Hazel tidak akan menyukai bayi itu. Bayinya. Bayi mereka. Dan bukan tidak mungkin Hazel akan berusaha menggugurkannya?

Tidak. Jangan. Demi langit dan bumi, Marvin bersumpah tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Walaupun dia belum siap menjadi seorang ayah, dia berjanji akan menyayangi bayi itu, mencintainya melebihi dari segala yang dimilikinya di dunia ini.

                                                            ***

Sebelumnya, Marvin sudah memisahkan test pack dan obat mual dan masuk angin yang dibelinya tadi. Test pack dalam kemasan dus dimasukkan ke laci terbawah nakas. Sedangkan obat mual diletakkan di atas nakas. Marvin hanya meletakkannya saja di sana tanpa menawarkan kepada Hazel. Sekalipun Marvin sangat mencemaskan Hazel, tapi tetap ada jarak yang harus dijaganya dengan Hazel. Dia tidak ingin menerima tatapan pembunuhan yang ditunjukkan Hazel setiapkali Marvin mencoba mendekatinya. Sekalipun godaan untuk menyentuh Hazel selalu saja muncul setiap melihatnya, Marvin berusaha menahan diri. Demi ketenangan batin Hazel.

Setelah mandi dan memakai kaus putih serta celana piama, Marvin memeriksa kondisi Hazel yang sedang terbaring lemah. Masih dalam balutan gaun panjang berwarna shocking pink yang begitu serasi dengan kulit putihnya yang pucat. Marvin bergerak sepelan mungkin. Merapikan selimut yang menutupi tubuh Hazel.

 Kemudian Marvin keluar kamar menuju ruang kerja untuk mengambil laptop. Dia akan melanjutkan pekerjaannya yang berhubungan dengan pembangunan resor di Lembang, sambil menjaga Hazel yang sedang tidur.

Hazel's Wedding Story (First Sight) SUDAH DIBUKUKANWhere stories live. Discover now