“Mm, mama minta gue makan siang di rumah.” Marvin berbohong.
“Oh.” Riana tersenyum karena dia baru saja menghapus SMS dari Hazel dan mereject teleponnya. Riana sudah tahu watak Marvin yang akan sangat marah bila ada seseorang yang membatalkan janji tanpa konfirmasi kepadanya.
Setelah menyemprotkan parfum, Marvin menyambar kunci mobil di nakas.
“Bye, Riana.”
***
“The Royal Apartment II.”
Hazel harus memukul dan mencubit Erga yang ternyata bekerja untuk proyek apartemen itu. Pantas saja Erga bilang kalau pekerjaan Hazel bagus padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya.
“Tapi bukannya Kak Erga juga bisa bikin rancangan buat apartemen itu? kenapa harus ngasih ke kantorku?”
“Spesialisasiku bukan di properti. Sebenarnya aku cuma fokus di disain rumah. Perorangan bukan untuk umum.” Erga melanjutkan ceritanya. “Lebih bikin puas.”
Hazel mengiyakan. “Iya. Kerjanya juga nggak stressful kayak nanganin perumahan sama apartemen.”
“Iya, tapi kan uangnya lebih gede?”
“Hmm. Sebandinglah kalo itu.” Hazel menyeruput latte dinginnya, teringat belum menanyakan sesuatu. “Oh iya, Kak. Ngomong-ngomong Kak Rendi di mana sekarang?”
Erga totally unmood ketika Hazel menanyakan tentang sahabatnya, sekaligus mantan pacar Hazel. “Di Belanda. Kuliah lagi, katanya.”
“Ooo gitu ya. Udah lama lost contact jadi nggak tau.”
***
Entah sudah semerah apa wajah Marvin sewaktu Hazel turun dari sebuah Nissan Terrano yang diikuti cowok yang diajak mengobrol semalam di pesta. Marvin menunggu di ruang tamu sampai Hazel masuk ke dalam rumah.
***
Mobilnya Marvin. Katanya mau keluar kota, tapi kok di sini? Batin Hazel yang belum menyadari kemarahan besar sedang menunggunya.
“Hei, Marv. Lo nggak jadi…”
“Lo batalin makan siang sama gue dan lo malah pergi sama cowok lain??”
Dari nada suara Marvin, pasti cowok itu berusaha mengontrol emosinya.
“Lho, bukannya lo bilang, lo mau…”
“Gue datang ke sini dan nyokap lo bilang lo keluar. Haah, jadi juga ya janjian makan siang kalian?”
Hazel merasa tersudut, sekaligus bingung. Marvin marah-marah seperti ini padahal dia sendiri yang bilang kalau dia mau keluar kota dan baru akan balik lusa.
“Marvin, gue udah ngirim SMS ke lo, dan lo balas kalo lo mau keluar kota. Gue udah coba telepon lo dan lo reject.” Hazel berusaha menjelaskan dengan tenang. Ini pasti hanya salah paham.
“Nggak mungkin. Gue nggak ada terima SMS dan telepon lo.”
Hazel ngotot. “I swear, aku udah ngirim SMS tadi. Dan lo ngebales.”
Untung Hazel belum menghapus SMS dari nomer Marvin.
Gw lg mw keluar kota. Lusa gue balik.
Marvin mengembalikan ponsel Hazel yang dipegangnya.
Ini pasti kerjaan Riana.
Ketika kemarahannya sudah mereda, Marvin kembali duduk di sofa. “Gue belum makan siang.”

YOU ARE READING
Hazel's Wedding Story (First Sight) SUDAH DIBUKUKAN
Romance(TELAH DIBUKUKAN) This is a story about her love, her wedding, her heartbreak. Marvin Arkananta Triatomo- Hazel Andriana Azalea Siswoyo