Gabriel tetap dengan hobinya bersenang – senang dengan kehidupan bebas dan kehidupan malamnya, sedangkan esok hari adalah hari pernikahannya.
“Wah Tuan Muda Gabriel Cassanova, bukannya mempersiapkan diri untuk acara pernikahannya, eh malah disini bersenang – senang dengan pelacur” Gabriel menoleh dan dilihatnya Vardan sedang menatapnya dengan tatapan cemooh.
“Oh lo, kapan balik dari Bali”
“Tadi malam, kenapa lo suntuk amat calon pengantin ini”
“Siallll lo, jangan ungkit – ungkit masalah pernikahan didepan gue”kata Gabriel kesal.
“Loh emang kenapa, calon bini lo gak hot diranjang?” Vardan yang mempunyai perangai sebelas dua belas dengan Gabriel bertanya setelah melihat wajah tidak bahagia sahabatnya itu.
“jangankan menyentuhnya, melihatnya saja bikin gue enek”
“Wah wah wah Gabriel sang Cassanova apa mau dinikahkan dengan wanita tidak cantik?” sindir Vardan lagi.
Gabriel menghela nafas “Lo akan lihat ketika gue nikah besok” balas Gabriel dan dia semakin sakit hati mengingat besok waktunya dia terkungkung dalam pernikahan yang tidak pernah sedikitpun dia impikan.
“Oke gue besok datang… please sediakan cewek buat gue besok, lo taukan hasrat terpendam gue” balas Vardan,
“Ya ya ya lo pecinta pelayan, lo pilih deh besok yang mana lo suka, tapi ingat jangan lo paksa kalo dia tidak mau, bisa – bisa gue dibunuh kakek kalo tau gue umpanin para pelayan buat lo pake”
“Yeee gue pake karena gue suka, kalo gak lanjut mah bukan karena apa – apa, tapi karena gak jodoh”
“Serah lo dah” Gabriel kembali meminum minuman yang sejak tadi entah sudah berapa botol.
****
Gabriel pulang dalam keadaan mabuk. Kakek yang melihat kelakuan cucu satu – satunya hanya bisa menghela nafas. Sampai kapan dia melihat Gabriel merusak dirinya.
Zahra yang malam itu merasa susah tidur karena menunggu hari bahagianya, keluar dari kamar untuk mencari angin sekaligus mengambil segelas air. Zahra mendengar suara berisik di ruang tamu dan berjalan mendekati arah suara itu.
“Gabriel…” Zahra melihat Gabriel meracau tidak jelas.
“Gue gak mau nikah sama lo..”
“Ayo kita ke kamar” Zahra memegang pinggang Gabriel dan membawanya menuju kamar yang kelak akan menjadi kamar pengantinnya.
“Gue bilang gue gak mau… gue sukanya cuma cewek – cewek cantik yang bisa muasin gue di ranjang” racaunya lagi.
“Iya aku akan belajar untuk memuaskan kamu”balas Zahra.
“Gue gak mau istri yang bisanya ngerecoki gue”
“Aku gak akan merecoki apapun yang mau kamu lakukan” balas Zahra
“Gue ingin tau siapa wanita itu”
Zahra terdiam dan melihat Gabriel akhirnya tertidur.
“Kak…. Sampai kapan kakak akan melupakan aku” Zahra merebahkan Gabriel ke ranjangnya. Zahra menyentuh pipi Gabriel dengan penuh kerinduan, sentuhan yang terakhir bisa dia lakukan kepada Gabriel semenjak 10 tahun lalu ketika malam pertama pernikahan mereka.
****
“Maafin kakek Zahra” Zahra melihat kakek berdiri di depan pintu kamar Gabriel.
“Gpp kek” Zahra hanya bisa tersenyum.
