"Kamu adalah kemustahilan terindah yang selalu aku semogakan disetiap doaku" -Nara Adista
Nara POV
Sesekali aku melirik ke arah kak Doyoung yang ada di sebelahku. Alisnya, matanya, bulu matanya, hidungnya, bibirnya, masih sama persis kayak waktu pertama kali aku ketemu sama dia.
Aku memperhatikan setiap inci wajahnya dengan seksama. Aku suka wajahnya kalau lagi serius kayak gini.
Sekarang tinggak menunggu beberapa jam menuju malam natal. Iya aku lagi disini, di rumah kak Doyoung. Sebenernya dia minta aku besok buat dateng ke rumahnya, tapi berhubung besok aku mau ngerjain tugas jadilah malem ini aku dateng ke rumahnya.
Rumahnya cukup ramai dan ya bisa dibilang meriah. Dari mulai pernak pernik natal, pohon natal yang udah di hias, kado dari bermacam ukuran, dan tak lupa makanan makanan khas natal.
Alhamdulillah sejauh ini keluarga kak Doyoung bisa nerima aku. Terlebih nerima perbedaan kalo aku lagi kumpul sama mereka kayak sekarang ini. Disaat aku sendiri yang pake hijab, disaat aku minta waktu buat sholat dan tadarus.
"Nara sholat isyanya jangan lupa ya sayang"
Aku menoleh ke arah mama kak Doyoung. Perempuan yang masih cantik di usia setengah baya itu mengingatkanku. Dan benar, adzan sholat isya baru saja selesai berkumandang.
Aku menghentikan aktivitasku yang sedang bermain dengan salah satu sepupu kak Doyoung, dan segera melakukan kewajibanku sebagai umat muslim.
Setelah selesai mengambil air wudhu aku memakai mukena yang memang selalu aku bawa dari rumah. Seperti biasa, aku sholat di kamar khusus yang memang disediakan mama kak Doyoung untukku.
"Mana si islam?"
Bodoh. Fokus tadarusku langsung buyar ketika mendengar orang mengatakan kalimat itu. Salahku kenapa tadi aku nggak tutup pintunya pas mau sholat.
"Shadaqallahul adzhim"
Kututup Al-Quran kecil berwarna pink yang biasa aku pakai buat tadarus. Kurapihkan mukena yang tadi aku pakai, dan aku langsung keluar dari kamar.
Dan benar saja, aku melihat sosok Bianca. Satu-satunya orang di sini yang menentang hubunganku dengan kak Doyoung, iya dia adik kandung kak Doyoung. Perempuan itu lagi naik tangga menuju lantai atas bersama dengan...
Tunggu
Bukannya itu Jinny Park?
Aku mengucek mataku berapa kali. Takut-takut kali aja mulai ada yang salah sama pengelihatanku. Tapi nggak. Aku berani sumpah itu beneran Jinny. Iya. Itu senyum yang sama kayak yang waktu itu aku liat.
Tapi ngapain dia disini?
"Dek?"
Aku tersadar sesaat setelah mendengar suara bariton milik kak Doyoung. Kak Doyoung yang sadar pikiranku sedang melayang kemana-mana, mengikuti arah pandangku.
"Udah. Nggak usah dipikirin"
Aku tersenyum mendengar ucapan kak Doyoung, apa yang ada di pikiranku tadi seolah terangkat gitu aja. Dia doang emang yang bisa bikin gini.

YOU ARE READING
Different | Kim Doyoung's
Fanfiction"Untukmu agamamu, untukku agamaku" "Aku bisa meluluhkan hati ibumu bahkan sampai ke buyutmu. Tapi perihal urusan meluluhkan tuhanmu, maaf aku..." - Kim Doyoung "Dan akhirnya hujanlah yang membuatmu tinggal, bukan aku" - Nara Adista ─────────────────...