Kelasnya dijuluki Pangeran. 3/4 isinya cowok-cowok ganteng penuh karisma, cuma ada lima siswi.
Badboy? Tawuran dan bolos sering. Sebat rajin.
Tapi.... uwu.
Kalau kamu cari cerita cinta tentang badboy yang gemas dan romantis, jangan harap akan kamu...
"WOI ANJIR SI MAMET GOBLO!" teriak cewek berambut panjang itu histeris sambil memegangi hape.
"WOI ADUH KOK NGGAK GERAK DIA WOI GOBLO DIA DUDUK DI TENGAH JALAN ADUH ADA MOBIL LEWAT AAAAAAAA MAMEEEEETTTTTT!!!!!!"
Semua tak peduli, tak mau menanggapi karena tau apa yang membuat gadis beponi rata itu histeris tanpa henti.
"HUAAAAAA SIMS GUE MATI LAGIIIII," rengeknya menaruh hape dan langsung tersedu-sedu lebay.
"Udah udah Je, ISTIGHFAR JE ISTIGHFAR!" teriak cowok di depan papan tulis, sementara Erin di sampingnya merapatkan bibir melirik teman kelasnya itu yang masih saja merengek kehilangan.
Erin menghembuskan nafas berat tanpa sadar. Kalau para cowok disebut Pangeran, para cewek di sini lebih mirip Pokemon, para monster langka.
Dimulai dari yang menangisi SIMS itu, Juvanka Ayuna.
Cewek jangkung berambut lurus panjang yang punya sifat 4D. Dia suka huruf J. Tanda tangannya J, kalau lagi absen nulis J, tiap meja yang didatangi dicoret J, sampai katanya mau punya pacar namanya J. Karena itu, lebih suka dipanggil Jeje.
Mungkin juga alasan dia jadi Pak Jay Lovers No 1. Pak Jay itu dingin dan berkarisma, kayak CEO muda di novel, gitu kata Jeje. Kalau lagi dimarahin Pak Jay yang ada Jeje malah blushing, berasa diomelin suami karena telat belanja bulanan.
Bisa dibilang, dia cewek tomboy. Tapi kalau ingat kelakuannya ngefangirl, nggak ada tomboy-tomboy sama sekali.
Paling dekat dengan cowok-cowok IPS1, bahkan jadi geng bareng Aryan, Jeka, Yogi, dan Yuta, Jeje memang lumayan macho. Ada di antara cowok-cowok berandal sekolah ini malah buat Jeje jadi boss besarnya.
Pernah sekali, Jeje yang baru nyusul ke kafetaria datangin meja Aryan dan yang lain. Langsung nendang pelan kursi Yuta, "he. Beliin gue minum," perintahnya buat Yuta merapatkan bibir tapi berdiri. "Pake duit lo, Ming," kata Jeje menunjuk Aryan, kemudian menarik kursi Yuta tadi dan duduk santai.
Kalau hari Jumat saat pakai seragam olahraga, Jeje paling sering nongkrong di meja guru. Dengan kaki di angkat ke atas lutut bertekuk, memandangi teman kelasnya. Menghentikan siapapun, menyuruh untuk membelikan makanan di kantin. Lagaknya sudah kayak preman penjaga gerbang Tanah Abang.
Pernah juga ada satu cerita ketika ada lebah masuk ke kelas. Menghampiri jendela samping kursi Yogi.
"WOI WOI ANJIR WOI!!!!" pekik Yogi waktu itu, sudah mengambil tas merunduk menutupi diri dari serangga yang terus saja terbang di dekatnya.
Junaid yang awalnya ingin sok cool, jadi termundur juga ketika Yogi heboh membuat lebah itu terbang tak karuan.
Jeje segera datang, melepas sepatu kemudian dengan cepat memukul lebah tersebut. Sampai memukul-mukulkan sepatu berkali-kali dengan gemas. Lalu melemparkannya ke bawah karena kelas mereka di lantai atas.
Ada dua binatang yang dilarang masuk kelas ini: Lebah dan Kecoa. Karena para cowok-cowok bringas itu bisa heboh tak karuan. Sok-sok ingin memukul tapi kalau terbang ya kabur juga.
Sejak saat itu, kalau liat serangga dikit aja Yogi atau cowok lain sudah teriak-teriak nama Jeje. Katanya, Jeje pawang serangga.
Sejak itu juga, Jeje bukan cuma jadi Mamah SIMS-nya, tapi juga Mamanya IPS 1. Emak-emak galak yang suka nendangin anaknya kalau nggak mau nurut.
Erin mengerjap mendengar suara bel. Ia segera menoleh pada cowok di sampingnya, "Jek, panggilin anak-anak yang main basket tadi. Dah mau bel, gue nggak mau entar ada yang telat lagi," katanya memberi perintah.
Jeka memerhatikan kelas, mengecek sesaat. "Kayaknya Aming sama Marten aja yang masih di lapangan. Gue WA aja ya?"
Erin mendecak, "kalau gitu gue juga bisa," katanya membuat Jeka menciut kecil, "datangin. Mereka mana sempat buka chat kalau asik main tuh."
"Siap," Jeka sampai memberi hormat, kemudian dengan patuh berbalik segera menuju lapangan tempat Aryan dan Marten tadi masih terlihat bermain basket di sana.
Tapi baru sampai pintu Jeka berhenti, kemudian menyeringai lebar memperlihatkan gigi kelincinya yang menggemaskan.
"Pagi cantik..." sapanya manis, membuat cewek itu menoleh. "Senyum pagi buat abang mana nih?" godanya mengerling.
Cewek itu tanpa kata maju, menendang tulang kering Jeka dengan keras menyuruhnya pergi memberi jalan. Langsung melangkah tenang melewati Jeka yang tersingkir begitu saja.
"Lo kenapa sih Ces masih pagi dah garong aja?!" protes Jeka kesal. Cessa hanya mendecih tak peduli terus menuju kursinya.