11. REVIEW BUKU

474 25 12
                                    

Haloooo... Kali ini kita bakalan sharing bareng Kak Dhila seputar 'review buku'! Yuk teman-teman pada disimak yaa^^

Halo, Assalamualaikum. Sawaddee kha.

Nama saya Dhila. Saat ini saya bekerja sebagai Librarian dan guru mata pelajaran Library di salah satu sekolah swasta di Makassar. Selain itu, saya menjadi volunteer dan bergabung dalam beberapa komunitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan literasi.

Menulis resensi buku adalah salah satu cara saya mengabadikan ingatan saya ketika membaca buku. Kalian bisa membaca ulasan buku saya di www.perpustakaandhila.wordpress.com atau instagram @nyctopidhila.reads atau melalui goodreads.

Selain mengajar, mengulas buku, saya juga sedang belajar menjadi editor lepas.

Nah, sebagian besar teman-teman di sini pasti sangat akrab dengan ulasan, karena seorang penulis tentu tak akan jauh-jauh dari kritik atas karyanya.

Ada beberapa elemen penting dalam membuat atau menyusun ulasan buku. Apa saja itu?

Pertama, identitas buku. Berisi segala informasi mengenai isi buku. Judul, penulis, penerjemah, editor, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, dan ISBN.

Kedua, sinopsis atau ringkasan isi buku. Perlu dicatat, sinopsis bukan berarti kamu harus memberikan spoiler atau beberan keseluruhan isi cerita.

Ketiga, ulasan. Ini yang paling penting. Berisi ulasanmu tentang karya tersebut. Bisa kelemahan, kelebihan, manfaat, dsb.

Keempat, rekomendasi. Pada akhirnya kamu sebagai peresensi akan memberikan pertimbangan apakah buku ini layak dibaca atau tidak. Biasanya juga ada peresensi yang memberikan rating pada tulisan/karya tersebut.

Nah, sampai di sini, ada yang ingin ditanyakan? Kita sharing bebas dan santai aja, ya.

SESI PERTANYAAN:

RY: Kak Dhila⁩, apakah mengkritik buku seseorang secara habis-habisan itu baik untuk si pemilik buku? Dan bagaimana dengan kritik yang membangun itu kak?

Kak Dhila: Sebenarnya, kritik yang benar itu justru baik bagi penulis. Ingat, kritik dengan cara yang benar. Tidak menyerang penulis secara pribadi, misalnya. Kritik karyanya, bukan penulisnya. Jangan karena kita tidak suka dengan penulisnya lantas kita menghina karyanya.

Kritik yang baik itu justru yang 'membangun' penulisnya.

YN : Soal rating. Tolak ukur pemberian rating itu apa saja, Kak? Kok bisa reviewer kasih rating 2, 3, 4?

Kak Dhila: Nah, ini dia: tolok ukur.

Tugas seorang reviewer adalah memediasi sebuah karya melalui CITA RASANYA kepada pembaca reviewnya dengan mengedukasi. Dalam hal ini, rating itu bergantung dari si peresensi itu sendiri.

Kita ambil contoh yang umum: Goodreads--karena saya enggak tahu aturan rating di wattpad. Di Goodreads, misalnya, bintang 1 dan 2 diasumsikan sebagai karya yang kurang menarik atau kurang bagus bagi pembaca. Bintang 3 lumayan, bintang 4 cukup bagus, dan bintang 5 bagus sekali. Tolok ukurnya akan kita ketahui pada isi ulasan si peresensi. Kenapa sih dia memberikan sejumlah rating tersebut? Jadi, semua ada penjelasan logisnya.

Bukan karena saya membenci penulisnya, jadi bukunya saya beri 1 bintang. Pun sebaliknya.

IT: Kalau ada pembaca yang sebenarnya bermaksud mengkritik tapi disampaikan dengan bahasa yang kasar itu bagaimana kak?

YN: Kritik dengan bahasa yang kasar apa bisa disebut sebagai 'membangun' juga, Kak? 'Kan banyak tuh kritikus buku yang sarkas kalau urusan review.

Kak Dhila: Buat saya, sebagai penulis, saya berhak mengatur kritik mana yang akan saya 'dengarkan' dan 'kritik' mana yang harus saya buang di tong sampah. Dan kritik dengan menggunakan bahasa yang kasar akan saya masukkan pada pilihan kedua. 😂

Sharing With Millenium AuthorWhere stories live. Discover now