#184 Tesso

1.9K 132 4
                                    

Pada zaman dahulu kala selama masa pemerintahan Kerajaan Shirakawa (1073-1084 M), hiduplah seorang biarawan yang bernama Raigo. Raigo merupakan kepala biara dari Mii-dera, sebuah biara di Prefektur Shiga di kaki Gunung Hiei. Raigo terkenal karena kesalehannya.

Sang Raja yang tidak memiliki pewaris menjadi prihatin tentang garis keturunannya. Pada suatu hari, ia mendatangi Raigo dan memintanya agar berdoa pada Dewa dan Budha agar mendapatkan keturunan. Raigo berdoa dengan keras. Pada akhirnya pada tahun 1074 lahirlah seorang anak laki-laki, Pangeran Taruhito. Sang Raja yang ingin berterima kasih berjanji untuk memberikan apa pun yang kepala biara minta atas doa yang telah ia lakukan. Raigo meminta dibuatkan sebuah bangunan di Mii-dera sehingga ia bisa melatih para pendeta baru. Sang Raja setuju. Namun demikian, Mii-dera memiliki kuil saingan —Enryaku-ji yang terletak di puncak Gunung Hiei— yang mana mereka memiliki kekuatan politik yang kuat. Enryaku-ji tidak bisa tinggal diam melihat kuil saingan mereka mendapatkan hadiah. Mereka lalu mendesak Sang Raja. Karena tekanan dari Enryaku-ji, Sang Raja mengingkari janjinya pada Raigo.

Raigo mulai memprotes pada Sang Raja karena telah ingkar janji, tapi Sang Raja tidak mau atau tidak bisa menentang keinginan Enryaku-ji. Pada hari keseratus menuntut janji, Raigo meninggal dunia. Hatinya penuh kemarahan pada Raja yang tidak setia dan biara Enryaku-ji yang dengki. Jadi, hati Raigo yang penuh kebencian saat meninggal dunia mengubahnya menjadi onryo, sesosok hantu yang dikendalikan oleh dendam. Tidak lama setelah Raigo meninggal, penampakan hantu kepala biara tersebut terlihat melayang-layang di dekat ranjang Pangeran Taruhito. Beberapa hari kemudian, si pangeran muda tewas, menjadikan Sang Raja kembali tidak memiliki ahli waris. Tapi dendam Raigo tidak berakhir begitu saja.

Arwah Raigo berubah menjadi sesosok tikus raksasa. Tubuhnya sekeras batu, gigi dan cakarnya sekuat besi. Roh yang sangat besar ini, namanya Tesso, memerintahkan bala tentara tikus yang amat banyak. Mereka berlarian melewati Kyoto, naik ke Gunung Hiei, dan sampai di Enryaku-ji. Di sana, tikus-tikus itu melampiaskan dendam Raigo kepada para biarawan. Bala tentara tikus berlarian melewati kompleks biara. Mereka mengunyah dinding dan pintu, merobek atap dan lantai, serta menyerang para biarawan. Mereka menghancurkan sutra, gulungan perkamen dan buku kebanggaan Enryaku-ji. Mereka juga mengunyah dan memakan apa pun yang bisa ditemukan. Mereka bahkan memakan patung Budha yang berharga.

Tidak ada yang bisa menghentikan Tesso dan para bala tentara tikus sampai akhirnya sebuah kuil dibangun di Mii-dera untuk menenteramkan arwah Raigo. Kuil ini masih berdiri di Mii-dera sampai sekarang.

Sebuah catatan kaki yang menarik ditulis pada cerita ini: Sementara para pemeluk agama Budha membangun biara yang menghadap ke timur, kuil Raigo dibangun menghadap ke utara. Kuil tersebut menunjuk pada puncak Gunung Hiei, secara langsung menunjuk pada Enryaku-ji, sasaran dari kemarahannya.

Urban Legend Jepang [COMPLETED]Where stories live. Discover now