31. Mencoba Bangkit

83.6K 4.9K 373
                                    

Halohaaa semuaaa...

Akhirnya bisa update, ehh iyaa thank you buat tekky wahyu yang kemarin share cerita ini di instagram kamu hehe

Langsung ajaa happy reading guys!! wish you like this chapter ;) :* :*

🍁🍁🍁

Fian menyentuh kening Karel saat melihat wajah suaminya yang pucat. "Demam, kamu sakit?" tanya Fian dengan wajah cemas yang terlihat jelas.

Karel menggenggam tangan Fian yang masih menempel di keningnya. "Hanya kelelahan," jawabnya. Dia berbaring di ranjang sedangkan Fian hanya bertolak pinggang kesal melihat Karel yang selalu mengabaikan kesehatannya.

Karel gemas melihat sikap istrinya itu, dia menarik Fian hingga istrinya itu kini berbaring di sampingnya. Matanya menatap lembut wajah Fian. "Kamu ingin menggodaku? kenapa menggunakan pakaian setipis itu?" bisik Karel.

Wajah Fian kontan memanas, dia tidak memikirkan itu. Tadi dia memakai ini karena memang pakaian ini ada di paling atas tumpukan baju. "Sembarangan.." omel Fian.

Karel terkekeh kecil, bibirnya mendekati bibir Fian dan mulai melumatnya dengan lembut. "Ck aku hampir lupa," ucap Karel. Dia menjauh dari Fian.

Fian mengerutkan keningnya. "Ada apa?"

"Sepertinya aku akan flu, jangan mendekat dulu agar kamu tidak tertular," jelas Karel.

Fian mengerucutkan bibirnya, dia menggelengkan kepalanya, "it's okey, aku tidak apa-apa, mendekatlah Karel.." ucapnya sembari merentangkan tangan. Karel tertawa geli, Fian selalu blak-blakan dalam bicara, dan mengetuk pelan kepala Fian.

"Bodoh! tidurlah," ucap Karel sembari memarik selimut mereka.

Fian mengerucutkan bibirnya, kesal karena Karel tetap tidak ingin mendekat. Dia kemudian menggeser tidurnya agar lebih dekat dengan Karel. Lengannya memeluk Karel yang sudah memejamkan mata. Ditenggelamkan wajahnya di dada Karel mencari kenyamanan. "Boleh yaa, aku tidak bisa tidur," rengek Fian. Karel tersenyum kecil, dia melingkarkan lengannya di pinggang ramping Fian.

Karel menatap pemandangan dihadapannya dengan tatapan kosong. Ingatannya kembali pada masa-masa Fian berada di dekatnya. Saat ini dia sedang berada di taman rumah sakit. Sudah empat bulan lebih dia menjalani perawatan di rumah sakit ini. Keadaannya mulai membaik secara perlahan. Karel mengikuti semua anjuran dokter dan rutin meminum obatnya. Dia ingin sembuh, dia ingin segera mencari Fian.

"Hai kak," sapa Kinan.

Karel mengerjapkan matanya polos, senyumnya mengembang tipis. "Tidak ke kantor?" tanya Karel dengan suara serak karena jarang sekali bicara.

Kinan menggeleng, "hari ini aku ingin disini," jawabnya.

Karel menghela nafas berat, dia bangkit berdiri. Tangannya mengusap lembut kepala Kinan. "Kemana suamimu? aku tidak pernah melihatnya." Karel merangkul bahu adik kesayangannya itu dan mereka kembali ke ruang rawat Karel.

"Dia sibuk," jawab Kinan berbohong. Faktanya, sudah hampir dua minggu suaminya tidak pulang ke rumah setelah pertengkarang besar yang terjadi dalam rumah tangganya. Karel menangkap sesuatu yang aneh, wajah adiknya yang murung tertangkap jelas oleh matanya.

Karel duduk di tempat tidurnya, dia mengamati wajah Kinan yang duduk di sofa dekat tempat tidur. "Ada apa?" tanya Karel dengan suara penuh perhatian.

Kinan menundukan kepala, rasanya ingin sekali dia menangis dan mengadukan semua pada Karel tapi dia tidak ingin memberikan masalah baru untuk kakaknya yang bahkan belum pulih benar. Kepalanya menggeleng pelan. "Aku baik-baik saja," jawabnya.

Not A Dream WeddingWhere stories live. Discover now