Aku udah bosen. Rasanya aku pengen meledak, melihat semua ini. Aku hanya berdiri di pojok ruangan, hanya meminum jus. Sementara yang lain, memakan cupcakes, icecream. Evan dan Ayu duduk berdua di kursi taman. Aku melihati mereka dari balik jendela. Semakin panas saja hati ini. Kemudian aku melihat Evan memberikan sesuatu pada Ayu. Sebuah kotak dengan pegangan diatasnya. Setelah dibuka, didalamnya ada seekor kucing berbulu putih. Lucu.
Cukup! Aku sudah muak. Lama-lama bisa gosong tubuhku terbakar cemburu. Aku keluar dan segera berlari pulang. Aku dengar seseorang menyusulku. Aku langsung masuk kamar membanting pintu, dan dengan marah melempari apapun sekenaku.
"Lo kenapa?"
Ku lihat Evan sudah berdiri didepanku. Aku mendorong tubuh Evan dengan kesal. Evan terduduk di kasurku, menungguku meledak. Tapi aku bisa menahan diri. Aku bukan anak kecil lagi.
"Ok Kak Evan! Aku mau berdamai, kamu kakak aku! Aku adik kamu.. Kak Evan boleh pacaran dengan bocah manapun, aku nggak peduli! Tapi.. kalo Kakak lupain aku, nelantarin aku, aku nggak terima!"
Kata itu berhamburan keluar dari mulutku. Aku lihat Evan bingung kemudian seperti menahan tawa.
"He! Siapa juga yang nelantarin lo?!"
Aku nggak habis fikir, Evan santai gitu menghadapi kemarahanku. Itu tadi aku marah lo. Karena kesal, aku mengambil guling dan memukuli Evan.
"Heh! Udah! Udah!" Evan meronta-ronta.
Aku berhenti memukulinya saat aku sudah lelah. Rasanya udah lumayan lega. Kali ini tinggal rasa sakitnya. Aku terduduk di lantai, mulai terisak.
"Sorry.. udah bikin lo marah! Gue janji, bener! Suer! Mulai besok lo boleh nebeng gue.. nanti gue ajak lo ke bebek penyet juga!" Janji Evan.
"Nggak percaya! Lo tuh tukang PHP!"
Evan beranjak, dan duduk disebelahku.
"Bener! Tapi jujur nggak bisa sesering dulu.. tapi gue janji kalau gue nggak bisa, gue bakalan bilang dulu ke lo!"
"Kalo lo ingkar janji, gue mati aja deh!" Kataku asal.
Evan menoyor kepalaku.
"Sembarangan aja kalo ngomong!"
"Gue kesel tau nggak?! Kenapa sih pakek ngasih kucing segala!" Kataku masih terisak.
"O.. jadi ceritanya jeaolus nih?"
"Iya!!"
"Gue cuman ganti kucing yang dulu gue kasih, kucingnya mati! Ya gue beliin lo juga deh.."
"Nggak usah! Gue alergi kucing!"
"Udah dong marahnya!"
Aku mendorong Evan sekali lagi. Kali ini dia diam, seperti ingin meredam kemarahanku.
***
"Ok! Gue udah nyoba berdamai dengan semua ini, tapi.. hati gue masih belum bisa!"
Kataku pada Viska saat aku pergi kerumahnya. Kami berdua duduk di balkon kamar Viska.
"Ya udahlah Ren! Lo nyantai aja.. jalanin aja semua ni.. biarin semua mengalir! Kalo lo terlalu mikirin semua ini, lo jadi pusing sendiri kan?"
Aku duduk memeluk kedua kakiku. Kepalaku aku sandarkan keatas lututku.
"Vis! Nyalon yuk! Gue mau ganti gaya rambut!" Ajakku tiba-tiba.

YOU ARE READING
My Boy ! My Brother !
RomanceIya.. Gue suka dia! Tapi.. Dia saudara tiri gue.. terus gue musti apa? gimana? ngapain?