Beberapa minggu kemudian..Sebuah Mobil Ertiga metalic berwarna perak menepi di halaman rumah Hikam. Mobil itu memasuki pekarangan seiring deru mesin yang mulai berhenti. Pintu mobil terbuka, Ayash lebih dulu keluar menuntun Hikam setelah ia lebih dulu mengeluarkan kursi rodanya dari dalam mobil.
Hikam dinyatakan sudah mulai membaik, dia juga sudah di izinkan untuk pulang. Operasi tulang kakinya sudah selesai beberapa minggu lalu
meski harus tetap menggunakan kursi roda sampai kakinya benar-benar sembuh total. Dan pernikahan keduanya terpaksa di undur sampai Hikam benar-benar kuat. Ia masih trauma dengan yang baru saja di alaminya, syukurlah keluarga Anna mengerti.Anna mendorong kursi roda dengan senyum mengembang. Hikam duduk dengan tenang melihat keluarganya menyambut kedatanganya di depan pintu.
"Akhirnya kamu pulang, Nak." Hikam mencium tangan sang Abah dengan wajah semringah.
"Alhamdulilah, Abah, maafkan Hikam tidak hati-hati."
"Ngobrolnya di dalam saja," sela Ummu Hikam dengan senyum ramah. Mempersilakan keluarga calon menantunya itu masuk lebih dulu.
Ketika semuanya tengah berkumpul di ruang tamu, Salma tengah menyiapkan minuman di dapur. Rasa bahagianya membuncah ketika mengetahui Hikam sudah pulang, seharian ini Salma menangis karena mencemaskan pria itu. Meskipun Salma tidak bisa bersamanya, setidaknya keadaan Hikam adalah segalanya.
"Anna tak mau jauh-jauh dariku barang sejengkal saja, Mi. Manja ya?" Hikam terkekeh dengan kalimatnya membuat Anna malu.
"Kalau begitu cepat menikah agar kebersamaan kalian menjadi halal. Dan berdua-duaan menjadi pahala bukan sekedar dosa," kata Abah bijak.
Salma datang dari arah dapur dengan gelas berisi minuman dan setoples kue di atas nampan bermotif batik. Gadis itu terlihat cerah dan malu-malu.
"Gus, sudah sehat?" tanya Salma di sela-sela kesibukannya meletakan gelas-gelas ke atas meja.
Hikam tersenyum. "Alhamdulillah. Oh iya, perkenalkan ini calon istriku." Hikam melirik Anna, Salma ikut menatapnya.
"Kak Anna?" kata Salma tidak percaya, jadi gadis yang kemarin menghiburnya adalah calon istri Hikam? Kenapa dunia ini sempit sekali.
"Kalian sudah saling kenal?"
"Wah? Kita sudah pernah bertemu ya?" Anna tersenyum ikut kaget juga.
Hati Salma mendadak sakit. Seperti ada luka yang menganga lebar namun tak berdarah. Perlahan pandangannya mengabur tertutupi cairan bening.
Orang yang dicintainya lebih memilih wanita lain. Dan wanita itu adalah orang yang dikenalnya.
Apa ini artinya Salma dan Hikam memang tidak berjodoh.Salma langsung pamit ke luar meninggalkan keluarga itu. Menghapus deraian air mata yang sempat tumpah, dada yang sempat sesak, dan hati yang sudah hancur.
Ternyata pada akhirnya, ujung dari segala penantian Salma adalah mengakhiri perasaan itu sendiri.
"Salma, Seseorang hadir di hidupmu, karena sebuah alasan. Jangan salahkan dirimu hanya karena menaruh rasa pada seseorang."
Itu suara Rafa. Pemuda itu mendekatinya karena mulai paham dengan perasaan Salma pada Hikam, dugaan Rafa tidak meleset. Salma memang mencintainya.
"Sampai kapan gus?! Sampai kapan Salma akan terus bertahan dari sakitnya sebuah pengharapan!
Aku tidak memiliki siapa-siapa, Allah saja tak izinkan aku mengetahui siapa orang tuaku! Dan gus dengan mudah berkata seperti itu padaku," ucapnya dengan wajah memerah dan mata berkaca-kaca."Astagfirullah, istighfar Salma. percayalah Akan ada seseorang yang datang dan menetap sepanjang masa hidupmu. Allah sengaja membiarkanmu bertemu dengan beberapa orang yang salah, sebelum akhirnya mempertemukanmu dengan orang yang tepat agar kamu bisa mensyukuri karunia-Nya dan bisa belajar dengan semua kesalahanmu."
"Mungkin takdirku memang seperti ini guss. Terluka untuk yang ketiga kali."
"Jangan pernah menganggap sakit hatimu sebagai cara untuk menjauhi indahnya hidup. Tapi jadikanlah sakit hatimu sebagai pelajaran yang sangat berharga dalam hidupmu.
Yakinlah Allah telah menyiapkan Jodoh yang terbaik untukmu."Salma nampak menunduk, ia masih terisak. tapi Rafa tak bisa apa-apa,
Karena Rafa bukan siapa-siapa baginya."Ikhlaskanlah ... walau sulit untuk melepaskan."
* * * *

KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Bermata Bening
Spiritual"Meninggalkannya dengan satu alasan memenuhi perintah Allah. Hal inilah yang memang harus aku jalani, dan aku pilih dari dulu sebagai seorang muslimah. Lebih baik mencintai dalam diam dan memperbaiki diri demi seorang imam yang dipilihkan Allah untu...