A/N: Biasakan membaca sebelum bertanya.
Jadi gini, cerita ini tadinya di private sebagian babnya. Karena wattpad ngapus fitur private, jadinya chapter-chapter yang diprivate itu jadi draft lagi. Kalo ada waktu aku publish lagi. Gak tau kapan ada waktunya. Chapternya banyak soalnya, jadi mager publish satu-satu.
Misal, ada yang emang niat copy cerita ini dengan cara apapun, lalu entah diplagiat atau diconvert ke PDF atau image, yaa ku doain aja semoga dagangan atau tulisan kalian nggak akan pernah laku atau yaa mudah-mudahan device yang dipakai pembajakan itu hilang atau rusak. Aamiin..
***
Nadiana terduduk di sebuah sofa panjang. Ia sibuk bermain ponsel. Lebih tepatnya, ia berlagak menyibukkan diri biar nggak ditanyain sama om dan tantenya yang bermulut jahil, "Kapan nikah?"
Please, deh. Hari gini, udah jaman nuklir masih aja pertanyaan basi kayak gitu terlontar. Ini kan bukan jamannya Jane Austen lagi, yang kalau nggak buru-buru kawin nggak dapat warisan. Beuh, boro-boro ngarep dapat warisan deh. Nemu cowok dewasa yang jarinya belom dipaut sama logam mulia di pasaran aja udah syukur banget!
"Happy birthday Didi!!!" seru sepupu-sepupunya tiba-tiba. Wajah Nadiana langsung berubah menjadi ceria melihat apa yang dibawa oleh salah satu sepupunya yang bernama Karina. Setumpuk ayam goreng crispy KFC. Wangi ayam goreng itu menggoda hidung Nadiana. Sepupu-sepupunya ini memang the best! Mereka kemudian menyanyikan lagu "Happy Birthday" untuk Nadiana.
"Make a wish dong, Di, sebelum tiup lilin!" perintah Karina. Nadiana kontan mulai memejamkan matanya pura-pura make a wish. Padahal mau bikin wish apa, dia juga nggak tau.
Oh, dia teringat apa saja yang dia inginkan saat ini.
Mau parfum Chanel no. 5 biar wanginya kayak Dian Sastro ...
Preloved dompet Kate Spade di web Dinkerlust lucu juga sih ...
Ah, jalan-jalan ke Sumba tahun ini... Harus jadi!
Terus... Hmm...
"Jangan lupa minta lakik, Di!" terdengar seruan sepupu laki-lakinya sambil cekikikan.
KAMPRET! BUYAR SEMUA WISH GUE!
"Inget Mama udah minta cucu, Kak!" adik laki-laki satu-satunya pun ikut-ikutan!
Tuhan... Ada apa sih dengan perempuan single di umur 28? Baru juga fresh from the oven nih 28-nya. Nadiana langsung membuka matanya dan meniup lilin dengan semangat. Iya, semangat banget sambil ngayal tiupannya itu bisa menghembuskan angin ribut yang mampu menyapu dan menyingkirkan sepupunya, Mahen dan adiknya, Wira yang tadi meledeknya.
Selesai acara hore-hore tiup lilin, Oma langsung memanggil Nadiana untuk ke kamarnya. Ah, sudah lah... Malas banget. Nadiana sudah siap dengan meluruskan saluran pendengarannya. Dari kuping kanan langsung lolos ke kuping kiri lalu keluar begitu saja.
"Di, udah 28. Sebentar lagi Amal ngelangkahin kamu lho," ujar Oma setelah ngasih wejangan tentang hidup dan karir.
Ya biar aja si Amal duluan ngelangkahin Didi. Dia kan pacarannya udah dari tahun jebot. Gerutu Nadiana dalam hati namun disembunyikannya di balik senyum manis.
"Kan Oma takut nggak sempet liat kamu pake siger. Oma nih udah tua, Di. Bentar lagi juga mati."
"Ih, Oma kok ngomongnya gitu! Nanti pasti Oma sempet liat Didi pake siger kok!" balas Nadiana cepat. Sebal banget kalo Omanya ini udah bahas-bahas umur. Ya, Nadiana tahu, Omanya memang sudah hampir 80 tahun, tapi... Sebal aja gitu dengarnya.
"Lho, bener lho, Di. Kamu pasti cantik kalo pakai siger. Makanya Oma pengen banget liat, takut nggak sempet. Nanti pokoknya kalo Didi atau Amal nikah, akadnya di rumah Oma ya? Biar Oma bisa lihat cucu-cucu Oma yang cantik-cantik. Oma kan udah nggak kuat jalan, Di. Jadi jangan jauh-jauh nanti acara nikahannya," mulai deh Omanya ini ngomong ngalor-ngidul.
Ya ampun Oma, lakiknya aja nggak ada, udah ngerencanain akad di rumahnya! Didi mau nikah sama siapaaa??? Sama kucing? Meong, meong, meong?
***
Baca:
- Siger = semacam mahkota yang dipakai di kepala oleh pengantin pada adat SundaA/N:
Sesungguhnya ... Cerita ini dibuat sekedar untuk hore-hore aja. Nggak ada plot spesifik yang dirancang. Ya, paling cuma draft-draft kasar si Nadiana mau diapain enaknya. :P

YOU ARE READING
Red Cherry
ChickLitNadiana, hampir 30 tahun tapi masih belum menemukan lelaki idamannya. Semakin kesini, cari laki-laki yang lebih tua dan matang darinya semakin sulit. Pilihan semakin sempit. Kalau nggak sudah beristri, sudah siap menikah. Sekalinya ada yang single...