So here I am....Jakarta.
Aku menjatuhkan badanku di sofa apartemen Tristan. Setelah hampir tiga jam perjalanan akhirnya kami tiba disini.
"Kamu tidur dikamarku aja" Ucap Tristan sembari merenggangkan otot-ototnya. Mungkin dia pegal setelah menyetir sekian lama.
"Terus kamu tidur mana?"
Tristan menunjuk sebuah ruangan dengan telunjuknya. Dan...Oh damn you Tristan!
"You're liar!"
"Itu kamar pembantu, ukurannya kecil banget. Jangan protes. Kamu dapet bagian yang lebih besar"
"Kamu bilang kan kamarnya cuma satu Tristan!"
Tristan hanya mengangkat bahunya acuh lalu melangkah masuk kekamarnya.
Aku menggeram sebal di sofa. Tuan rumah macam apa dia? Meninggalkan tamunya sendirian diluar. Dan kenapa Tristan bohong? Hih aku sebal sekali akan sikap anehnya akhir-akhir ini.
"Kamu gak mandi?" Tristan keluar dari kamarnya. Pakaiannya sudah berganti dengan pakaian santai dan rambutnya basah.
"Gimana mau mandi kalo gak tahu kamar mandinya dimana"
"Kamar mandi ada didalam kamarku. Your bedroom, i mean. Masuklah, terus mandi" Ucapnya seraya mengusap kepalaku.
Aku berjalan sebal sambil menghentakkan kakiku. Ini namanya aku dikerjain oleh Tristan? Mana aku tahu kamarnya ternyata dua. Dan bahkan aku percaya saja saat dia bilang bahwa kamar di apartemennya hanya satu.
Aku memasuki kamar Tristan dan wow...biasa saja. It's bad for girl. Nuansanya gelap. Catnya abu-abu, spreinya abu-abu. Bahkan lemari dan mejanya pun berwarna hitam. Gak ada kesan dokter sama sekali.
Dokter identik dengan warna putih kan? Tapi kenapa manusia satu ini memilih warna gelap? Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku.
Dan kamar mandinya pun membuatku takjub. Aku setuju dengan pemilihan warnanya. Putih, bersih. Alat-alat mandi ditata dengan rapi oleh pemiliknya. Bathup nya berwarna putih, ukurannya cukup besar. Aku akan betah sepertinya jika berendam didalamnya. Berbanding terbalik dengan kamarnya yang suram.
Setelah satu jam berendam aku pun menyelesaikan ritual mandiku. Setidaknya berendam membuatku lupa akan kekesalanku dengan Tristan. Aku keluar dari kamar mandi dan mendapati Tristan sedang duduk diatas kasur, menonton tv.
"Kamu ngapain disini?"
"Aku pikir kamu tenggelam di bathup Dit. Lama banget abisnya"
Aku mendengus kesal. Ngana pikir laaah? Bathup cetek gitu gak bakal bikin aku tenggelam. Kecuali aku sinting terus sengaja nenggelamin diri disana.
"You think. Aku laper"
Tristan hanya diam. Dia menepuk-nepuk bagian kosong ranjang. Menyuruhku untuk duduk disampingnya. Akupun berjalan ke arah ranjang dan duduk disampinya. Menyilakan kedua kakiku dan menyenderkan kepalaku dipundak Tristan.
"Kamu mau makan apa?"
"Aku pengen nasi goreng sosis" Tiba-tiba kepalaku pusing. Bayangan nasi goreng sosis dan laki-laki muncul didalam kepalaku. Aku mati-matian menahan sakit. Aku tahu Tristan akan panik setengah mati jika kepalaku sakit. Dan aku gak mau bikin dia worry. Ini hari pertamaku di jakarta oke? Aku gak mau dipulangin ke Bandung gara-gara sakit. Haaaah.
"Are you ok Dit?"
"Hmm. Kayaknya aku kelamaan mandi"
"Makan disini aja ya. Delivery order" Tuh kan. I won't. Aku pengennya makan diluar. Sayang banget sudah sampai Jakarta aku malah makan didalam apartemen.

YOU ARE READING
Finding Love
RomanceAnindita Pramesthi, 27 Tahun. Single dan gagal move on. Bertemu dengan Dewara Adam Wicaksana, pengacara sukses yang selalu Ia hindari.