#2

10.3K 599 3
                                    

Lift yang ditumpangi Nayla merambat naik menuju lantai 21. Nayla mengatur nafasnya, menetralkan jantungnya yang berderap lebih cepat.

Pintu lift terbuka. Dihadapannya hanya ada satu ruangan besar dengan pintu tertutup.

Diketuknya pintu di depannya perlahan.

"Masuk!" terdengar suara bariton dari dalam menyuruh Nayla masuk.

Nayla menarik nafas panjang, menghembuskannya dan memberanikan diri masuk ke ruangan itu.

"Selamat pagi, Mr. Tristan. Saya Nayla, sekretaris dari James Arthur," Nayla menyapa sopan.

Tristan masih menunduk memeriksa berkas yang ada dihadapannya. Dahinya berkerut menandakan pria itu sedang berfikir keras.

Nayla menelan ludahnya. Rasanya seperti dibekukan dalam lautan es. Kesunyian itu membuatnya semakin menggigil.

Tiba-tiba Tristan mengangkat kepalanya memandang pada Nayla tajam. Meneliti setiap inchi tubuh Nayla, mulai dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Rok pendek berwarna merah menyala dengan blouse berwarna baby pink dari bahan sifon, dan rambutnya yang dijepit sirkam ke atas memamerkan lehernya yang jenjang.

"Hmm... Oke, lusa kamu ikut saya ke Batam. Pertemuan akan diadakan di sana. Saya harap kamu bisa menggantikan tugas Rosalie dengan baik dan tanpa cela. Kamu mengerti?" kata Tristan dingin. Matanya menyambar tatapan Nayla yang masih tegak berdiri di dekat pintu, seolah-olah siap melarikan diri kapan saja.

"Mengerti Sir,"jawab Nayla mengangkat dagunya. Ia berusaha untuk tidak terintimidasi dengan tatapan beku milik Tristan.

"Bagus! Sekarang kamu boleh pergi. Besok pagi, saya mau kamu sudah berada di sini jam delapan tepat!" Tristan memberikan titahnya.

Nayla mengangguk lalu mundur dua langkah dan berbalik membuka pintu, menyelinap pergi.

*******

Tristan mengusap wajahnya. Gadis yang sekarang duduk di meja Rosalie itu benar-benar mengusik hatinya.

Sepanjang usianya yang lebih dari seperempat abad itu, baru kali ini ia menemui gadis yang begitu berani menatapnya lebih dari lima detik.

Kecerdasan yang dimiliki gadis ini melebihi rata-rata. Beberapa step diatas Rosalie. Bagaimana bisa James Arthur memperoleh sekretaris sebaik Nayla, sedangkan dirinya mendapatkan Rosalie? Sebenarnya, Rosalie tidaklah buruk. Ia luwes, anggun, cantik, pandai membawa diri, dan mudah bergaul. Tetapi gadis yang duduk di seberangnya ini smart, anggun, berani, senyumnya bisa meluluh lantakkan gunung es, dan kecantikan alaminya membuatnya tidak harus bersusah payah memoles wajahnya agar tampak memikat. Dan... Satu lagi... Hmmm.... Sexy!

Tristan menyunggingkan senyum tertahan. Gadis inilah yang enam bulan yang lalu menabraknya saat hendak memasuki lift. Gadis ini yang membuatnya terdiam kaku dengan wajah memerah karena tak bisa berbuat apa-apa. Padahal jika yang melakukan semua itu orang lain, ia yakin seratus persen bahwa orang itu bisa dipastikan akan segera angkat kaki dari perusahaannya.

Tristan berdiri dari duduknya, berjalan menuju lemari es di pojok ruangan. Dituangnya air es ke gelas dan meminumnya.

Entah kenapa di ruangan ber AC seperti ini ia bisa kegerahan.

"Nayla, semua dokumen penting itu sudah kamu persiapkan? Saya tidak mau ada satupun yang ketinggalan atau terlewat. Dan satu lagi, besok jangan terlambat!" Tristan menghampiri meja Nayla dan berdiri menjulang dihadapan Nayla.

Nayla mendongak dan tersenyum tipis, lalu berdiri mengangguk.

"Sudah Sir. Semua sudah saya siapkan," sahut Nayla sopan.

"Oke, sekarang sudah jam satu siang, sebaiknya kamu pulang, persiapkan semuanya dengan baik. Besok saya tunggu kamu disini jam tujuh pagi. Tepat dan tidak terlambat!" lagi-lagi Tristan harus memaksa menelan ludahnya melihat Nayla menatapnya lebih dari lima detik hanya untuk mendengarkannya memberi perintah.

"Pulang? Tapi bukannya jam kerja sampai jam lima sore, Sir?" Nayla mengerutkan dahinya dan menatap Tristan menuntut penjelasan.

Tristan menghela nafas, gadis ini terlalu berani.

"Ya! Saya ada pertemuan di luar dan tidak akan kembali kemari. Dan sebaiknya kamu segera pulang dan mempersiapkan semuanya untuk besok!"

"Baik Sir," sahut Nayla lalu membereskan berkasnya.

Tristan berjalan ke luar ruangannya sambil bergumam tidak jelas, membuat Nayla memandang CEO itu dengan tatapan heran, lalu mengangkat bahunya acuh dan kembali membereskan arsipnya sebelum ia melenggang pulang.

Bersambung

I hope you liked this story....
Happy reading guys...

JUST YOU & IWhere stories live. Discover now