Chapter 23

4.8K 229 0
                                    

Sisi menarik keluar isi amplop itu perlahan. Ia langsung membelalakkan mata melihat apa yang dipegangnya.

Tiket honeymoon selama empat malam di Paris, kunci rumah beserta setifikatnya dan kunci mobil.

"Ini berlebihan banget, Digo," desis Sisi tak percaya.

"Kalo kamu gak suka, kembaliin aja ke Papa," sahut Digo mengganti channel televisi berkali kali.

"Papa ngasih ini bukan buat aku aja, tapi buat kita berdua kan. Kalau mau dikembaliin ya harus kita berdua yang ngembaliin," kata Sisi menatap Digo yang masih memandang ke layar televisi.

Digo menghela nafas, mengecilkan volume teve nya dan menatap Sisi dalam-dalam.

"Si, aku mau ngomong serius," kata Digo pelan.

Sisi melihat Digo dengan tegang. Ia tau ada banyak yang harus mereka bicarakan.

"Si, aku tau, kamu terpaksa menjalani pernikahan ini. Aku minta maaf. Aku tidak bisa menghalangi niat orang tua kita untuk melanjutkan perjodohan kita sampai sejauh ini. Aku juga tidak bisa menganggap pernikahan ini sekedar sandiwara, karena pernikahan ini dipersiapkan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan sakral. Tapi aku akan tetap menghormatimu dan semua keinginanmu. Aku tidak ingin memaksakan kehendakku. Jadi, aku minta sama kamu, kalau suatu saat nanti kamu menginginkan kita berpisah, tolong jujur sama aku. Semua akan kita bicarakan dengan baik-baik dan kepala dingin. Bisa kan kamu ngelakuin itu?" tanya Digo berusaha memberi pengertian pada Sisi.

Sisi menelan ludahnya dengan susah payah. Digo masih salah sangka padanya. Namun ia hanya mengangguk pelan.

"Sudah malam, sebaiknya kamu tidur," kata Digo menarik Sisi berdiri dan mengajaknya menuju ke tpat tidur yang besar itu.

Sisi menurut. Ia membaringkan tubuhnya di kasur. Digo menarik selimut dan menyelimutkan ke tubuh Sisi, lalu dikecupnya kening Sisi lembut. Setelahnya, Digo mengambil bantal di sebelah Sisi dan membawanya ke sofa dan ia tidur disana.

Sisi melihat itu semua. Tanpa diaadarinya, ia terisak pelan. Sisi menangis. Hatinya sakit melihat semua  yang diperbuat Digo untuk dirinya. Ya, Sisi tau Digo menahan semua perasaan dan keinginannya. Semua yang Digo lakukan hanya untuknya.

Seharusnya ia bilang pada Digo yang sebenarnya. Seharusnya ia tidak diam saja.

Digo yang sudah hampir terlelap mendengar isakan Sisi. Ia terlonjak berlari ke arah Sisi berada.

"Si, kamu kenapa? Sakit? Atau kenapa?" tanya Digo panik.

Sisi bangkit dari tidurnya, duduk di tepi tempat tidur. Digo duduk di sebelahnya.

Sisi masih terisak. Bahkan sekarang isakannya bertambah keras.

Digo yang melihat itu bertambah panik. Ia bingung harus berbuat apa.

"Sisi, kamu kenapa? Please jangan kaya gini. Apa aku bikin salah sama kamu?" Digo semakin bingung.

Sisi menatap Digo dengan wajah penuh air mata.

"Maafin aku, Digo.... Aku... Aku sudah nyakitin kamu.... Please.... Maafin aku.....please..." Sisi terus terisak.

"Kenapa kamu minta maaf? Kamu gak salah, Si. Aku tau, cinta itu tidak bisa dipaksakan. Dan aku ngerti... Amat sangat ngerti," Digo mengusap kepala Sisi dengan kelembutan yang membuat Sisi tidak dapat menahan diri lagi.

Sisi memeluk Digo dan menangis di dada bidang itu.

Digo menghela nafas berat. Bingung bagaimana ia menghentikan tangis gadis yang memeluknya erat sekarang ini. Digo tidak tahan melihat gadis kesayangannya ini menangis.

Perlahan Digo membalas pelukan Sisi. Sebelah tangannya mengangkat dagu Sisi. Dipandangnya mata basah dihadapannya dengan hati tersayat. Untuk siapa tangisan itu? Sisi tampak rapuh saat ini. Tanpa disadarinya, Digo sudah mengecup kedua mata basah itu dengan sepenuh perasaannya. Lalu dikeringkannya pipi basah itu dengan bibirnya. Lalu mengecup bibir tipis itu dengan hati-hati.

Tubuh Sisi menegang merasakan kecupan Digo dibibirnya.

Bibir Digo masih menempel ketika Sisi perlahan membuka bibirnya, membuat Digo lupa diri. Ia tak lagi sekedar mengecup, tapi mencium bibir Sisi dengan segenap kerinduannya.

Sisi merasakan ciuman Digo yang penuh dengan kerinduan dan cinta , begitu saja membalas ciuman itu dan melingkarkan lengannya di leher Digo. Sisi menarik tengkuk Digo agar  memperdalam lagi ciumannya, sementara ia merapatkan tubuhnya.ke tubuh Digo hingga tak berjarak lagi.

Digo melayang dengan perlakuan Sisi terhadapnya. Lengannya yang memeluk pinggang Sisi kini semakin mengetat.  Sebelah tangannya menyusuri punggung Sisi dan mengelusnya lembut.

Sisi mendesah. Tangan kanannya menelusuri rahang Digo, turun ke dada Digo dan merasakan kerasnya dada itu, sementara tangan kirinya terus menekan tengkuk Digo dan memburaikan rambut Digo.

Tiba-tiba kesadaran Digo perlahan kembali.

Digo menjauhkan kepalanya dari wajah Sisi.

Siai yang merasa kehilangan sentuhan Digo perlahan membuka matanya dengan muka merah.

"Maaf," bisik Digo melepaskan pelukannya.

Sisi.menunduk. kenapa Digo minta maaf?

"Sekarang tidurlah, Si. Besok kita berangkat ke Paris buat honeymoon," ujar Digo membaringkan Sisi kembali dan menyelimutinya.

Kemudian Digo kembali ke sofa dan merebahkan diri disana, berusaha memejamkan matanya kembali.

(Bersambung)

Huuuuufft.... Bener-bener gak jelas!!!

I Love YouWhere stories live. Discover now