Memang ada ya. Orang yang bikin cerita bagus tapi kemudian benci banget sama karakternya sendiri, cuma karena para pembaca yang menuntut kelanjutan cerita enggak mikirin keadaan authornya saat itu. Wal hasil karya itu dihapus selamanya, entah mendekam di laptop atau benar-benar dibuang, mana pas hampir tamat lagi. Sampai sekarang meskipun banyak banget yang bilang mau beli bukunya si author enggak ada niat untuk ngepublish apalagi naik cetak, padahal kalau iya mungkin aja jadi best seller dan dia bisa dapet banyak cuan, apalagi kejadian itu terjadi udah hampir sepuluh tahun lalu, tetapi author sepertinya masih aja trauma.
Ketenaran yang jadi bumerang di kala dia masih hijau, terbawa sampai saat ini. Rupanya jadi penulis bukan cuma harus siap draft naskah tapi siap mental juga.