“Tolong antarkan saya ke Kafe Flora sekarang!” kata seorang gadis muda berpakaian dress katun berwarna kuning gading pada seorang lelaki tegap berbaju loreng. Wajah si gadis terlihat terburu-buru.
“Maaf, saya tidak dalam kapasitas untuk mengantar Mbak Bella kemana-mana. Tugas saya hanya menjaga Mbak di sini,” kata lelaki tegap itu sopan. Wajah Bella terlihat merona kesal. Kenapa pula di saat dia terburu-buru seperti ini, dia menemui kendala yang sangat konyol.
Bagaimana dia tidak kesal, lelaki tegap ajudan baru papanya itu baru saja menghambatnya untuk pergi menemui calon suaminya. Bella hendak bertemu dengan tunangan tercintanya karena sudah sebulan mereka tak bersua. Namun, apa daya ajudan baru papanya itu malah tidak mau mengantarnya. Padahal ini kesempatan langka Bella untuk bertemu dengan Ganindra Bimo Pratama, nama tunangannya. Ganin sibuk untuk persiapan latihan gabungan bersama tentara dari Amerika dan Jepang. Ganin sibuk pada pekerjaannya padahal hari pernikahan mereka tinggal sebulan lagi. Mereka juga tidak boleh bertemu karena sedang dalam tradisi pingitan.
Bella kesal dan ingin menangis rasanya. Dia berusaha memasang wajah melas untuk mengiba pada Reynaldi, ajudan baru papanya itu. Namun, Rey sama sekali tak bergeming. Dia sama sekali tak mau melanggar perintah yang diberikan oleh atasannya. Rey hanya ditugaskan untuk menjaga Bella selama kunjungan papa Bella di Malang. Rey tidak ditugaskan untuk mengantar Bella ke mana-mana.“Please dong Om. Tolong antarkan saya ke sana. Om pasti tahu kan tempatnya, itu di dekat balai kota Malang kok.”
“Maaf Mbak Bella, saya ditugaskan Panglima hanya untuk menjaga Mbak Bella selama di rumah ini. Bukan untuk keluar dari tempat ini,” sahut Rey lagi. Bella makin kesal rasanya. Dadanya ingin meledak. Dia memencet nomor telepon papa tercintanya.
“Maaf Dek. Papa tidak mengizinkan kamu untuk bertemu dengan Kapten Ganin. Kalian sedang dipingit,” suara papa Bella dari tempat berbeda ketika Bella mengatakan keinginannya.
“Tapi Pa, cuma sebentar saja. Kak Ganin juga tak bisa lama-lama. Kak Ganin kan harus latihan, Pa. Lagian pertemuan ini penting bagi kami, Bella mau tunjukkan katering yang cocok Pa. Kateringnya di Malang ini.”
“Urusan pernikahanmu biar diurus Mama. Kamu fokus saja pada tradisi pingitanmu,” ujar sang Papa yang membuat Bella makin sedih.
“Pa, Bella cuma ingin bertemu walaupun 5 menit saja,” kata Bella memelas lagi.
“Tidak usah cari alasan apapun, Dek. Sudah ya, Papa harus memberi pengarahan pada para Danyon,” kata sang Papa sambil menutup teleponnya. Diapun akhirnya memencet nomor telepon Ganin.
“Hiks, kenapa harus begini sih…” kata Bella serak di telepon. Ganin terdengar tersenyum pelan, rupanya mereka sedang bertelepon.
“Ya sudahlah Dek. Tidak apa-apa. Lagian kita memang melanggar adat kok. Ya sudah kamu lanjut saja di situ. Aku juga mau lanjut ke Situbondo untuk latihan. Mungkin aku jarang telepon dan balas SMS. Maklumin saja ya.”
“Wah, video call dan kirim foto tidak boleh. Sekarang SMS dan telepon juga susah. Kangen banget aku, Kak,” keluh Bella sambil meremas-remas selimut tebalnya.
“Haha, sabar Dek. Sebulan lagi kan tidak ada yang membatasi kita.”
“Lalu, kalau Kak Ganin sibuk begini, bagaimana dengan administrasi nikah kita?”
“Oh iya, aku lupa bilang. Surat izin menikah kita sudah selesai. Minggu depan setelah selesai latihan, kita ke batalyonku untuk mengambil suratnya ya. Sekalian bertemu dengan Danyonku. Kamu kan tahu kalau aku dekat dengan komandanku,” kata Ganin lagi.
“Ya ya ya…” kata Bella maklum. Sesaat kemudian, telepon dimatikan karena Ganin harus melanjutkan kegiatannya.
Bella merebahkan di ranjangnya yang empuk di kamar di rumah Malang yang sudah 2 bulan tak ditempatinya. Bella memiliki rumah di beberapa kota karena sang Papa merupakan pemimpin tertinggi tentara di Jawa Timur ini. Rumah dinas sang papa ada di Surabaya, namun Bella lahir dan besar di kota dingin, Malang. Ia merasa bosan di rumah ini karena hanya bersama dengan ajudan baru papanya yang kaku dan membosankan itu. Sang mama sedang mengikuti kunjungan papanya. Sedangkan, kedua kakak perempuannya sudah menikah dan tinggal di Surabaya.
Sebenarnya hari ini merupakan hari yang ditunggu Bella untuk bertemu dengan Ganin yang sangat dirindukannya. Usia Ganin dan Bella terpaut 9 tahun. Bella berusia 23 tahun dan Ganin 32 tahun. Mereka sudah menjalin cinta selama 2 tahun sebelum akhirnya Ganin mengajaknya untuk menikah beberapa bulan yang lalu. Watak mereka sangat berbeda, Bella adalah anak bungsu yang ceria dan periang tapi juga manja dan gampang menangis. Sedangkan, Ganin adalah sosok dewasa dan perhatian. Keduanya cocok dan saling melengkapi walau kadang pertengkaran tak jarang menghampiri mereka.

YOU ARE READING
Kisah Para Serdadu (Kumpulan Cerpen Sekali Habis)
Short StoryKumpulan Cerpen (cerita pendek sekali habis). Jadi jangan dicari lanjutannya lagi ya... 😊 Berisi kisah dunia militer. Haters dilarang keras baca. Dilarang keras menjiplak, menyadur ulang, dan mencuri adegan apapun. Selamat baca dan tetap patuhi atu...