Description
Semua waktu berjalan begitu perlahan, seperti dirantai dijeruji waktu seperti enggan berlalu hidup berjalan lambat. Kebahagiaan berwujud angin dirasa mata begitu nyata namun kembali pada waktu, seolah seperti air yang mengalir kehulu kebahagiaan seperti berlomba pergi sekuat tenaga cepat berlari. Namun tidak begitu dengan luka, dengan sakit, seolah bersekongkol dengan waktu awan hitam sebagai lambang luka begitu setia merantai, mengikat. Sekuat apapun itu mencoba berharap disetiap hari baru, sesering apapun otak dan hati memerintahkan untuk tertawa namun hati tetaplah pada kata gagal. Gagal untuk mendapatkan tempat lain, gagal meskipun hanya ingin tahu adakah tempat lain, dimana air mata hanya berlaku untuk kebahagiaan. Disanalah berbaring di pembaringan gelap dan dingin, seperti berlabuh diatas karang didalamnya dasar laut yang paling dasar. Berbaring diam adalah kematian sebelum mati, Berbaring sampai tidak ada yang terlihat lagi Berbaring sampai kehilangan semua dari pandangan