Description
"anak itu bukanlah putriku ataupun seorang putri pemilik group arsenal" Semua yang ada di ruangan itu terdiam, tak percaya dengan kata-kata yang baru saja terdengar. Beberapa orang mulai berbisik di antara mereka, bingung dengan apa yang terjadi. "waa.... "bertengkar ya..." "aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi...... "dia yang berlutut di depan sana itu, hanyalah seorang pendosa." elinna seperti merasa kondisinya sama seperti di dalam mimpi, merasa dejavu. namun dengan situasi yang berbeda "sekali lagi aku melihatnya, dia pasti akan kubunuh." seperti patung es yang tidak memiliki darah mengalir di tubuhnya. "namun sayangnya hari ini aku tidak ingin melihat darah. kegembiraan sudah hiang. pesta selesai sampai di sini" yang bahkan tidak pernah memanggil nama putrinya dengan hangat. "cepat singkirkan bocah itu dari hadapanku." "presdir" khawatir arthur pengawal atau bodyguard, langsung memegang tangan elinna untuk membawa keluar "i-ini perintah presdir." "LEPAS!!" lantang elinna, dengan tidak sengaja mendorong kedua pengawal tersebut "!! Semua orang di ruangan terdiam, tak ada yang berani mengeluarkan sepatah kata pun. ruangan itu menjadi hening. "aku tidak pernah mengatakan kalian boleh menyentuh tubuhku."ucap elinna, berusaha tegar, agar suaranya tidak boleh bergetar saat bicara. ingatan elinna dalam benaknya "hari ini kau sangat cantik. elinna" ucap danniel "tidak perlu seperti ini pun saya akan keluar dengan kaki saya sendiri... sepertinya anda bahkan tidak menginginkan ucapan selamat di hari berbahagia ini, karena itu saya akan pergi sesuai dengan harapan presdir arsenal."
prolog
