Description
"Tahun Aksatisura (1275), Sang Prabu menuju Pajang membawa banyak pengiring. Tahun Saka angga-naga-aryama (1276), ke Lasem, melintasi pantai samudra. Tahun Saka pintu-gunung-mendengar-indu (1279), ke laut selatan menembus hutan. Lega menikmati pemandangan alam indah Lodaya, Tetu, dan Sideman." NEGARA KERTAGAMA - Pupuh 16. Pada tahun 1354 M, Prabu Hayam Wuruk (20 tahun), Raja muda Majapahit, memulai perjalanan darma yatra ke kerajaan bawahan di timur, termasuk Lodaya (Blitar). Didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada (60 tahun), yang menjadi penasehat sekaligus pelindungnya, Hayam Wuruk menyamar sebagai rakyat biasa dengan nama Raden Panawu, sementara Gajah Mada memakai nama Mpu Mada. Penyamaran ini memungkinkan Hayam Wuruk untuk mengenal lebih dekat rakyatnya tanpa dibebani protokol istana. Di Lodaya, mereka menghadapi serangan perampok di hutan dekat pantai selatan. Ketika rombongan mereka hampir kalah, muncul Dewi Pandan Arum (18 tahun), putri Bhre Lodaya, yang terkenal karena kecantikannya dan keahliannya dalam bela diri. Dengan panahnya, Pandan Arum menyelamatkan rombongan tersebut. Tanpa mengetahui identitas asli Hayam Wuruk, Pandan Arum terpesona oleh pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Raden Panawu. Begitu pula Hayam Wuruk yang terpikat oleh keberanian dan pesona Pandan Arum. Ketika kebenaran terungkap, Pandan Arum merasa dikhianati. Ia tidak hanya mengetahui bahwa Raden Panawu adalah Prabu Hayam Wuruk, tetapi juga bahwa Hayam Wuruk telah bertunangan dengan orang lain. Bhre Lodaya dan keluarga bersujud kepada sang raja, namun Pandan Arum tetap berdiri tegak, dipenuhi amarah dan rasa kecewa.
Prolog: Cahaya di Balik Singgasana Majapahit
