Description
Berbaring diatas kasurnya, Leonel menatap langit-langit kamarnya. Ingatannya kembali pada Hazel yang sedang bersama dengan Hugo di depan kampus. Ia tersenyum, semakin mengeratkan genggaman tangannya. Emosinya benar-benar memuncak sekarang. "Halo Leo?" itu adalah jawaban atas telfonnya yang baru saja masuk. "Hazel," Ia mendesah. Memperdengarkan nama hazel yang dipanggilnya. "Kenapa? Kamu sakit?" Hazel bertanya khawatir. Tapi, kekehan geli milik Leonel mengudara, bersamaan dengan tangannya yang mengerat pada ponsel. "Ke apartemen gue, sekarang!" Ucapnya benar-benar dengan suara tak mengenakkan. "Maaf Leo, aku gak bisa. Aku lagi-" "Datang, atau gue seret Lo ke sini?!" pertanyaan yang tak butuh jawaban, diajukannya. "Iya, aku ke sana." Tidak ada jawab yang bisa memuaskan Leonel selain menurut pada lelaki itu. Sambungan telfon mati. Tawa Leonel kembali mengudara, lebih terdengar seperti iblis yang tertawa kejam. "Hazel," ia mendesah'kan nama itu sekali lagi. "Hazel, Hazelku. Mine!"
Prolog