Description
Ghava masih menyimpan kenangan peristiwa yang terjadi tiga bulan lalu. Isak tangis penuh duka seakan membalut dirinya seperti kabut yang tak kunjung sirna. "Apakah kamu berpikir bahwa Ayah yang melakukannya?" tanya pria dengan sorot mata sendu, berdiri di hadapan Ghava. Hati Ghava bergetar hebat. Air mata memenuhi pelupuk matanya, mengaburkan pandangan ketika ia menatap tubuh seseorang yang begitu dicintainya-yang kini telah terbaring tanpa nyawa. Rasanya, waktu berhenti berputar. Namun, di tengah kehilangan itu, sebuah surat wasiat tertinggal, menyampaikan pesan yang tak bisa ditolak oleh Ghava. Wasiat itu menjadi titik balik-menerangi hidupnya yang gelap setelah kepergian cinta pertamanya. Kehadiran sosok baru pun perlahan mengisi ruang hatinya, mengusir sepi dan kesendirian yang dulu menyiksa.
[1] Wedding Invitation
