Menemukan Kejanggalan

"Mengapa begitu sulit memintamu untuk tetap bertahan?"

Seorang pria tengah berbicara kepada seseorang yang sudah terkubur jauh di dalam tanah. Tangannya terus mengusap lembut sebuah batu nisan bertuliskan dua nama dalam satu liang lahat.

"Aku membayangkan betapa sakitnya dirimu menghadapi luka itu sendirian."

Kehilangan seseorang memang menjadi luka terdalam setiap insan yang merasakan. Begitu pun dengan laki-laki itu. Bahkan, dirinya tidak mengetahui secara pasti mengapa hal itu terjadi pada orang terkasih.

"Setiap hari tanpa dirimu, dan aku masih menjalani hidupku sendiri di sini. Menahan semua rasa sakit ini. Aku menginginkanmu tapi Tuhan lebih menyayangimu."

Memori kenangan saat awal pertemuan, berkenalan, hingga berujung dipersatukan dalam ikatan pernikahan. Memang tidak bisa dilupakan dalam waktu singkat. Bahkan bertahun-tahun saja belum tentu dapat menghilangkan seluruh kenangan bersama seseorang yang paling dicintai.

"Semenjak hari itu, hatiku hancur lebur. Hingga aku takut jika ada seseorang yang menggantikan posisimu."

"Mereka bilang, kebahagiaan itu adalah saat kita bisa mencintai orang yang tepat. Bukan orang yang cocok dengan kita, karena kecocokan itu diraih bersama bukan dicari."

"Iya aku tahu. Dan hanya kamu satu-satunya yang aku cintai. Tidak ada lagi."

Dua tangkai lily putih diletakkan di atas pusara makam. Berharap bahwa ini adalah sebuah mimpi dan ketika esok pagi ia berada di mana orang terkasih masih bersamanya.

Adrian Keenan Atmadja, seorang dokter spesialis ortopedi yang baru saja kehilangan istri dan calon bayi yang telah lama dinanti selama dua tahun.

Entah seperti apa kehidupan yang harus ia jalani tanpa kehadiran sang istri. Istrinya Naira, telah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya bersama calon buah hati yang sudah lama dinanti.