Description
"Oh, kasihan. Oh, kasihan. Aduh... Kasihaaaan." Lanjut mereka kompak sembari menggebrak-gebrak meja, menertawai satu-satunya cowok yang berekspresi paling masam. "Dude, ya ampun, mau kasihan tapi gue nggak terima lo diem aja kayak gini. Serang balik, Anjrit." Galih menepuk bahu Alfa yang terkulai didinding kantin. Sekarang dia menatap luka dibibir cowok itu yang kian bertambah. Atas dan bawah. "Mana Alfa yang kejam dan agresif, huh?" "Gile juga cewek lugu satu itu, ya. Nggak nyangka deh pertahanannya sekuat itu." Dirga berdecak kagum sambil geleng-geleng. Alfa ikut geleng-geleng kepala memikirkannya. "Senjata gue udah dia lukain, gimana bisa mau bales?!" Balas cowok tukang nyalak itu. "Ck. Ck. Ck. Dikaruniai senjata laras panjang, enggak digunain." Pungkas Angkasa yang membuat sekitar riuh lagi. Bromo dan Dandi yang paling kalem, mereka hanya ikut bengek dan sesekali saja menimbrung sebaga kompor. Selain malas nge-joke, mereka menyelamatkan nyawa apabila Alfa tiba-tiba memberlakukan kepridian khasnya; pbalas dendam. "Lagian lo cium adek lo sendiri, Al? Kok bisa, sih?!" Agung masih tidak percaya bagian ini. Dia adalah salah satu ketua Zixchoga ditahun sebelum Alfa dinobatkan sebagai ketua juga. Berasal dari sekolah yang berbeda. Perlu diingat, jaringan anak Zixchoga menyebar luas ke sekolah-sekolah ternama di jantung kota. Dengan konsep, setiap sekolahnya terdiri dari ketua dan beberapa anak-anaknya. Bahkan banyak ketua senior yang sudah naik pangkat, sebut saja ketua mafia. Ini yang membuat Zixchoga masih memegang tahta geng terkuat selama belasan tahun. "Haha. Biasa, Gung. Sister complex. Eh, canda sister complex!" "BHAHAHAHAHA." "Yakali yang modelan begitu kagak di sister complex-in. Ya, ga, Al?" "Yoi." ______ BANYAK KATA-KATA KASAR!
an Alfa 1
