Description
Mahen, kadang aku berpikir, kalau saja aku bisa lebih jujur, apa semua akan lebih baik? Aku tidak punya keberanian untuk memaksa atau melepasmu. Kepalaku selalu saja terjeda, setiap kali kau ada di depanku. Aku ingin lebih lama bersamamu, seperti ini. Karena aku selalu khawatir, semesta tidak sebaik itu untul membuat kita terus bersama. Dan benar, kan? Kita hanya ditakdirkan sebatas ini. Mungkin, kisah kita tidak berakhir, tapi, semua tidak sama lagi. Kau tidak lagi membawaku, kemana pun kau pergi. Telingamu, tidak lagi mendengarku sepenuhnya. Atau sebenarnya, dari dulu sudah begitu? Entah apa yang benar-benar aku punya darimu. Tapi, aku terlanjur salah paham, untuk semua kehangatan yang kau berikan. Saat Salsa datang padamu, pada kita, aku menyadarinya lebih dulu. Matamu tidak bisa berbohong, ya? Kenapa jelas sekali kalau kau menyukainya. Apa karena aku selalu memperhatikan mata itu, jadi aku segera menyadari itu? Aku merasa tidak adil. Seharusnya, tidak ada yang boleh mengusik tidurmu, kecuali aku. Kenapa secepat itu, kau menaruh perasaan padanya? Ah, aku lupa, aku pun begitu padamu. Tidak ada yang bisa kusalahkan, kecuali perasaanku. Tapi, itu juga bukan kesalahan, kan? Aku juga berpikir, kalau aku memberitahu perasaanku sebelum ada Salsa, apa aku punya kesempatan? Kau tidak mungkin menyakitiku, kan? Tapi, kalau itu melukaimu, aku tidak akan menyesal dengan keputusan ini. Aku lebih senang, mengenang semua kebersamaan kita, dari pada harus melupakannya. Gapapa, kan? Aku mengenangmu seperti ini. Aku sudah mempercayakan semuanya pada takdir. Entah bagaimana, dia akan menuliskan kita.