Start Reading
Description
Bagiku, bermimpi untuk memiliki rumah itu suatu hal yang mustahil. Mungkin terlalu muluk bagi pendosa sepertiku bisa memiliki tempat pulang dan bersandar. Bukan tak pernah bersyukur akan takdir yang Tuhan berikan. Apalah daya ... diriku yang hanya manusia biasa tak luput dari berbagai rasa yang tumbuh di dalam hati: perasaan iri, dengki, sombong, dendam juga amarah dan kesedihan. Aku selalu bisa tersenyum, namun entah sejak kapan senyum palsu itu menghiasi wajahku. _Amara
Bab satu
Continue Reading on Wattpad