Description
"Sentuhan jemari lentikmu selalu memabukkan" Mas Rafa meraih tanganku yang sedang memijat lembut bahunya. Dia suamiku, yang super dingin ketika berada di tempat kerja dan tempat-tempat umum lainnya. Tapi berubah drastis ketika di rumah bersamaku. Hobinya adalah dipijat. Entahlah aku bingung kenapa setiap hari ada saja keluhannya mulai dari sakit pinggang, sakit punggung, leher, betis, intinya seluruh tubuhnya sepertinya akan menjadi pegal-pegal ketika bertemu denganku. Aku tahu pekerjaannya bukan main-main, aku menemaninya dari nol. Lulus SMA memutuskan untuk mengambil jurusan arsitek yang biayanya tidaklah murah bagiku. Namun dia sama sekali tidak meminta bantuan orang tuanya, mas Rafa mengambil kerja part time sebagai kuli bangunan sepulang kuliah bahkan sering lembur sampai malam dan paginya harus kembali berangkat ke kampus. Hingga pada suatu hari ia merasa sangat kelelahan. Ibunya memanggilkan tukang pijat yang tak lain adalah nenek Ipah tetanggaku yang aku anggap seperti nenekku sendiri karena sedari kecil aku selalu dititipkan padanya ketika ayah ibuku sibuk bekerja. Aku sering mengantar nenek Ipah jika sedang mendapat panggilan pijat karena aku merasa kasihan dengannya yang umurnya sudah hampir 65 tahun namun tenaganya masih sangat kuat memijat tiga orang sehari. Aku mengantar nenek Ipah menggunakan sepeda motor kesayanganku ke rumah Bu Alya yang baru saja menelpon nenek dan memintanya datang untuk memijat. Aku terkejut sesampainya di sana karena aku kira Bu Alya yang akan dipijat namun ternyata putranya. Mas Rafa, dia adalah kakak kelasku yang banyak penggemarnya. Ia menjadi ketua OSIS dan kapten basket di SMA. Aku pikir dia sangat dingin dan cuek serta kaya, jadi orang kaya bisa merasakan pengin dipijat urut juga ya? Terjadi suatu hal yang akhirnya membuatku menggantikan nenek Pah untuk memijat mas Rafa. Sampai akhirnya dia jatuh cinta pada pijatanku dan aku.
Capek lembur
