Description
Rasa sakit ini adalah cinta. Setidaknya aku tidak pernah mengatakan perasaanku pada siapapun. Namun aku benar-benar telah mencintai seseorang dan aku ingin tetap tampil sebagai peran ini. "Tolong jangan menyiksamu!" "Aku telah kehilangan dia!" bantahku. "Dia tidak akan datang untukku, lalu apa artinya aku?" Air mata ataupun takdirku, semuanya tergantung padaku. Tanpa kebebasan dan kenyataan, entah sudah berapa lama. Hanya rasa sakit yang datang dan pergi. Ini pasti salah! Setiap orang boleh berbeda dan mendapatkan hal yang sama. Dan aku ingin memiliki kesempatan untuk tetap bahagia, namun hanya ini yang mampu ku berikan. Mereka menahanku di sini, tanpa memberikan belas kasih dan pengertian padaku. Terus memaksaku untuk menjadi apa yang mereka mau. "Aku muak!" geramku. Berapa banyak pengorbanan yang harus di berikan? Ini belum cukup untuk menghancurkan diriku. Tolong jangan katakan apapun, ramalan itu tak perlu ku khawatirkan. Semua akan baik-baik saja, tetapi kenapa sesulit ini? Aku membuka diary ku dan ku lihat gelang kecil pemberiannya. Sebenarnya aku tak ingin menyimpanmu, tetapi karena aku benar-benar berharap kau datang dalam nyata. Aku sadar, ini mustahil, pada akhirnya aku pun harus bersama paksaan dan takdir mereka. Aku tidak bisa melepaskan diri demi nama baik keluarga. "Maafkan aku nona," ucap seorang pria yang baru saja membuka pintu. "Tolong pergilah!" perintahku. "Berhentilah seperti ini nona, jodoh anda mungkin_" "Cukup!" tegasku, "kumohon jangan membicarakan hal ini lagi." Jodoh atau alasanku untuk benar-benar meninggal? Kebahagiaan atau justru derita? Aku benar-benar pusing memikirkannya. Kalau saja aku tak bertemu dengannya, aku tidak akan tertipu. Sekarang aku sedih karena benar-benar memahami takdir. Aku harap, diriku bisa bebas. setidaknya berikan kebahagiaannya. Aku telah tiada.... bukan?