Description
Cerita ini menggunakan bahasa formal⚠️ This story uses formal language⚠️ Wanita itu menatap tak percaya pada lelaki di hadapannya yang sedang terengah engah. "Kurang kerjaan kau mencariku? Lagipula aku tak pernah kau anggap bukan? Kau selama ini hanya berpura pura lelaki sialan!" tukas wanita itu kasar terhadap lelaki di seberangnya. Hati lelaki itu terasa ditebas mendengar tuduhan tak jelas dari wanita yang sangat dikasihi. "Kau tak mau mendengarku dulu? Ini demi kebaikanmu, aku melakukannya untukmu." Lelaki itu berusaha menyentuh tangan wanita di hadapannya tetapi ditepis oleh sang empu. *** Berjuang sendiri dalam bertahan hidup sama sekali tidak ringan. Rheanata Elvara, wanita itu sejak kecil sudah ditinggal ibunya menghadap Pencipta Semesta. Ketika akan beranjak remaja, Ayahnya memutuskan untuk menghilang dan membuang Elvara. Saat itu pula ia berpikir, dadu telah dilempar, takdir telah ditulis, ia tak bisa membiarkan tujuan hidupnya terus terkikis, dan terus yakin bahwa masih ada secercah asa yang bisa ia peroleh. Hujan menjelang matahari terbenam kala itu membuat banyak orang memilih berteduh di kedai atau bangunan untuk berlindung dari derasnya gemericik hujan. Termasuk Elvara yang sedang berjerih payah menemukan pekerjaan. Ditengah kesibukannya mencari tempat untuk berteduh, wanita itu dipertemukan dengan Farelle Evander-seorang lelaki pedagang biasa dengan kedai makan kecilnya-kala hujan di sore hari itu yang menawarkan Elvara untuk berteduh sejenak di kedainya karena hujan beserta petir terus menyambar dan menghiasi cakrawala. Pertemuan itu membuat mereka semakin dekat begitu cepat tanpa tahu bahwa mereka selalu diawasi. Banyak fakta yang kabur dan tak jelas selalu menghantui Elvara. Fakta fakta di belakang sepengetahuannya yang diam diam terlaksana. 9.7.21
Disclaimer‼
