Description
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jeritan tangis wanita muda berumur 30-an memecahkan keheningan ruangan. Tubuh ramping itu menerkam ranjang, mencakar-cakar kain putih yang menutup gundukan. Deras air mata membanjiri kain kering yang perlahan menjadi tembus pandang. Terlihat jelas ada sosok di baliknya. Sosok berwajah tampan itu memiliki mimik sayu, bibir pucat, dan mata tertutup rapat. Tubuhnya yang kecil terasa kaku dan dingin. Jangankan bergerak seceria biasanya, bernapas saja tidak mampu. Tentu, semua itu membuat pandangan yang mengarah ke sana menjadi buram oleh air mata. "Ini pasti hanya mimpi buruk!" teriak laki-laki paruh baya di samping ranjang dengan nada berat yang menakutkan. Galang Arvizan Reksa mengepalkan tangan hingga kuku terasa menusuk kulit. Netra hitam laki-laki itu mulai berair, tetapi titik fokusnya tetap pada gundukan yang tertutup kain putih. Ia merasa hancur hingga tidak bisa berkata-kata, bahkan bergerak saja tidak mampu. Kini, hanya ada rasa sedih yang mengambang di atmosfer ruangan berbau obat itu. "Maafkan aku ... maafkan aku ... aku yang salah!" Gadis lain di ujung ranjang menangis tergugu. Air mata dan ingus berlomba memenuhi wajah kecilnya. Galang melirik tajam, berjalan ke arah gadis itu dan menendangnya dengan sangat keras. "Ini emang salah lo! Penyebab kematian adik gue itu lo!" Gadis manis berambut panjang itu membiarkan diri tak berdaya. Bahkan, tendangan keras yang dilayangkan Galang tidak memudarkan sedikit pun keberadaannya. Ia masih banjir air mata, menyalahkan diri, dan terus meminta maaf. Walaupun tidak ada yang peduli, bahkan direspons buruk, dirinya tetap berada di ruangan itu. "Senja Lazuardieni, neraka lo akan dimulai saat lo mulai menyebutkan nama gue," batin Galang, menatap name tag yang terpasang di dada kanan gadis itu. COVER : Ljgraphic PENULIS : Aditya Nugraha dan Tapak_kata
PRAKATA
