Description
Hinata duduk bersandar di bingkai jendela kamarnya. Matanya memandang sendu sang surya yang mulai pergi dengan perlahan-lahan. Lavendernya meredup, seakan tak memiliki cahaya, seperti mata yang telah lama kehilangan harapan, sarat akan kesedihan. Sekonyong-konyong pikiran Hinata kembali pada masa bertahun-tahun yang lalu, ketika sosok matahari Hinata juga pergi untuk selama-lamanya. Matahari yang selalu memberikan semangat pada kehidupan Hinata, yang selalu memperlihatkan cahaya harapan di hati Hinata. Deru napas Hinata mulai mendidih. Masih terngiang jelas dalam benak Hinata, akan wajah itu yang tak pernah berhenti bersinar telah kehilangan jiwanya. Pada mata seindah lautan biru itu yang juga telah padam cahayanya. Pada wajah itu yang mulai memucat. Pada kelopak mata itu yang mulai terpejam. Dan satu tikaman yang menghujam jauh ke jantung Hinata, memadamkan semua cahaya harapan di dalam jiwanya.