Description
Namaku Raya Arinda. Aku jarang sekali bicara. Dalam sehari, aku bisa menghitung berapa kali aku bicara. Orang-orang sering menyebutku silent, pendiam atau apapun yang mereka suka. Aku memang tidak suka banyak bicara, aku pikir aksi lebih baik dari perkataan. Aku terlahir dari keluarga sederhana. Ayahku bekerja butuh dan ibuku seorang penjual gado-gado. Nasib memang tidak selalu berpihak padaku. Keluarga harmonis dan ceria tidak ada dalam garis hidupku. Ayah selalu mabuk-mabukan, pemarah dan sering berbuat kasar padaku dan ibu. Ibu terlalu lemah untuk melawan, apalagi aku. Aku menganyam pendidikan di sekolah swasta di kota. Di sekolah, aku juga tidak bahagia. Pembullyan kerap kali aku terima dari mereka yang tidak menyukaiku. Tak apa, setidaknya aku masih mempunyai kesabaran tanpa batas yang membuatku selalu kuat. "Dasar kuman! Ngapain lo sekolah?! Buang-buang duit tau, gak?! Mendingan lo mulung dijalan!" kata Nesa, ketua geng yang selalu mem-bully ku. "Kenapa diem aja?! Gak punya mulut lo?! Sini gue jahit mulut lo biar gak usah ngomong sekalian!" sahut Leona, teman Nesa. Aku hanya bisa diam dan menerima perlakuan mereka saat mereka menjambak atau menamparku. Aku sudah terbiasa. "Ketahuilah, aku bisa saja membalas perbuatan mereka, tapi tidak sekarang."