Description
Semoga Ayah mengerti perasaanku Yang haus kasih sayangmu Untuk Ibu, tahukah hati kecilku Kumenangis di setiap tidurku Sesak itu kembali datang. Dan bodohnya aku tetap memilih lagu itu untuk kunyanyikan. Mungkin karena luka telah menjadi candu bagiku. Selesai menyanyikan lagu itu, aku memilih turun dari bus. Tak kupedulikan tatapan orang-orang yang heran karena aku tak meminta uang recehan dari mereka. Bahkan ada berseru, "Gak butuh uang kayaknya!" Aku mendengkus kasar mendengarnya. Jika aku tidak butuh uang, tak akan mati-matian berjuang demi mendapatkannya. Sayangnya, uang receh sudah tidak ada artinya lagi bagiku. Yang kubutuhkan adalah uang dengan nilai besar untuk menampar mereka yang pernah menertawakan. Ponsel kembali kunyalakan. Menghubungi supir untuk segera menjemput. Cukup bermain-main dengan pemanasan mengenang masa silam. Saatnya mengekskusi semua yang telah kurencanakan saat kembali ke Jakarta. Hallo Jakarta! Kini aku kembali. Tapi bukan sebagai gadis kecil yang menyedihkan lagi. Bukan pula sebagai remaja yang hanya bisa mengutuk langit atas takdir yang menimpa. Kini aku kembali sebagai wanita dewasa dengan kekuasaan di genggaman. Hai Jakarta! Masihkah mereka berpijak di kota ini? Mereka yang tanpa rasa kasihan merenggut semua kebahagiaan! Beritahu mereka, aku telah kembali dan akan membalas perbuatan yang telah mereka lakukan. Dengan balasan yang jauh lebih menyakitkan.