Start Reading
Description
Kau mengenalnya. Mengakrabinya. Menjumpainya berkali-kali. Tetap saja, kau tak pernah benar-benar siap menghadapi kehilangan. Begitu pula dengan Laila. Kehilangan meninggalkan lubang di hatinya. Menganga menyisakan perih. Dia yakin, luka itu tak akan pernah bisa sembuh. Sebanyak apa pun waktu membawa pergi doa-doa. Laila menyerah. Dia mengeruk dalam-dalam lubang kesedihan, lalu diam meringkuk di dalamnya. Tak ingin pergi. Tak ingin melupakan. Sampai ketika suatu hari dia ingin menyudahi, semua sudah tak lagi sama. Sudah tak bisa lagi sama. Bukankah sudah saatnya merelakan?
Prolog: Sesak
Continue Reading on Wattpad