Description
|Complete : 20 Juli 2020| | Terbit : 19 Juli 2021| PART LENGKAP "Setiap bangun atau mau tidur, gue selalu mikir, kenapa ya kita masih diberi napas sampai saat ini?" Mei menjeda sambil diseruputnya teh anget manteb buatan paklek Bowo; yang punya angkringan andalan mereka berlima. "Pemikiran gue ini bermasalah nggak sih?" "Nggak, kok. Gue juga sering gitu." Sahut Ai. "Sama. Gue juga." Devan menimpali. "Gue mah kalo tidur nggak pernah mikir. Bangun tidur juga, ya bangun aja. Terus langsung pergi ke kamar mandi soalnya pasti kebelet pipis." Titih nggak pernah sekalipun merasa berdosa setiap kali ngerusak suasana sendu yang terjadi setiap mereka semua lagi melakukan deep conversation. "Yaaah alasan kenapa kita masih hidup, itu karena semesta maunya kita yang ngisi keberagaman di dalamnya. Simple." "Bara kalau ngomong banyak benernya. Lega gue punya dia diantara kita. Tapi ya kadang miris juga kalau ada dia." Entah ini Devan menyanjung atau menyindir. Tapi, nggak berpengaruh juga karena Bara keburu kegedean kepala sambil sok maskulin nyeruputin teh angetnya. "Bener juga sih. Hidup itu nggak bahagia melulu, juga nggak sedih melulu. Beragam. Makanya, selelah apapun itu. Sepenat apapun itu. Sesedih apapun itu. Apalagi kalau bahagia, kita rasain bareng. Kita bagi bareng. Biar nggak terlalu berat ngejalaninnya." Emang Mei yang selalu jadi pion penyeimbang kenorakan dan ketidakseimbangan kadar kewarasan mereka berlima. Entah apa yang terjadi kalau nggak ada Mei diantara mereka. Mungkin 5 sekawan aneh nggak bakal pernah terbentuk. Namun sayangnya, Mei mulai dilema dengan persahabatan mereka seiring berjalannya waktu. Semenjak perasaan itu ada.
[PROLOGUE]
