Description
Skala yang terbesar dari kesalahan kita adalah bercinta hanya sebatas tubuh sesama, kita harus keluar dari dogma-dogma paradok itu, menjadi seorang kekasih atau terkasih kita harus menuntut keadilan dalam diri, manusia itu memang dramaturgi apapun bisa diperankan tapi, kita jangan terlalu erat memikirkan hal seperti itu, kekasih, percayalah, manusia yang tidak pernah memikirkan apa-apa akan rapuh dan hilang sudah harapannya, harapan adalah sumber nafas bagi kita, maka teruslah berharap dengan apa yang ada pada matamu, kita harus menjadi manusia, kita harus berani berbicara dan berjalan ke lembah-lembah yang penuh penindasan, dimulai dari harapan atau masa depan, kita harus berani hitam, walau orang-orang hanya diam dan menatap rembulan, alangkah indahnya bila kita bercinta dengan harapan dan masa depan mereka, kekasihku, mari kita coba lagi, memang tidak mudah melakukan hal seperti itu, tapi setidaknya kita pernah berjuang , kita pasti bisa, karena tuhan tidak pernah melahirkan manusia dengan sia-sia. Kekasihku, tujuan mencintai lalu memilikimu, bukan tentang bagimana aku menikmati isi badanmu, aku ingin hidup menjadi akar untuk bola matamu, menjadi hutan yang asri bagi mulutmu, menjadi harapan dan asa dikala gelap menampar isi kamarmu, tenang saja, kita berdua pernah merasakan sepi hingga terbakar sudah, tak ada yang tersisa sama sekali, maka dari itu, ayo kita lakukan lagi, turun ke dalam jurang lalu mendengarkan kemiskinan,penindasan,dan kelaparan, setelah mendengarkan, menangislah sejenak, karena begitu beratnya beban hidup yang mereka rasa, ketika sudah selesai menangis, berjalanlah, lalu dengarkan irama perut yang kelaparan itu, jika sudah, kamu pasti mengerti apa yang harus dilakukan, bergeraklah.