Description
Winan terus menerus memandang wajah istrinya yang terbaring lemah di hadapannya, belum juga membuka mata. Diperhatikannya hembusan napasnya yang pelan-pelan, wajah lembutnya yang entah mengapa begitu kuat dan tegas, wanita yang dipilihnya tiga tahun yang lalu. Wanita yang selalu bersamanya tanpa peduli apa pun. Wanita yang bahkan rela membunuh dan dibunuh untuknya. Ya, sekuat itulah Tivara, yang sekarang begitu tak berdaya di hadapannya. Rumi terus berbicara sampai makanan di dalam mulutnya seakan tak tercerna dengan baik. Namun ibunya hanyalah tersenyum dengan raut wajah yang sedih. Harapan terus berkelebatan di pikiran Sirih, namun tak ada satu pun yang dapat diwujudkan menjadi kenyataan. Namun demi melihat anak cantiknya yang begitu bersemangat menjalani hidup yang keras, Sirih melebarkan senyumnya yang sulit dan kaku. Sambil terus menerus mengucap dalam hati, semoga senyumnya-lah yang dapat menyembuhkan semua luka yang dimiliki Rumi. Manusia, rumit dan mengesankan. Kehidupan, penuh dengan kejutan sekaligus membosankan dalam waktu yang bersamaan. Lautan manusia memiliki cerita mereka masing-masing dengan sekelumit susah dan juga senangnya. Banyak yang tragis, banyak yang terlampau mudah untuk dilalui. Namun sekali lagi, ini adalah kumpulan cerita mengenai bumi manusia yang penuh dengan keistimewaan. Cerita mereka ibarat melodi aksara yang indah dan sungsang, pahit dan melegakan, serta epik dan tak berharga. Semuanya memiliki warna dan nada yang tak sama.
Till Death Do Us Part
