Description
Seperti biasanya siang dengan kesiur angin yang pelan pelan lembut membelai wajah, riak riak manja bengawan solo yang terdengar seolah tawa atau gelagak bayi dan reot bambu yang seolah sebentar lagi akan tumbang namun tak jua tumbang di hamparan bengawa, pria dengan pakaian sekolahnya sudah semenjak jam jam lalu masih saja diam termangu memikirkan surat yang baru saja ia selipkan dalam tas perempuan yang baginya spesial, bingung tak kepalang beserta deraan dera"an" lainnya yang membuat kepalanya nanar, padahal ini ialah jam dimana perih dan lapar tetapi berkat segala nanarnya segala lapar begitu saja memudar, tak kurang tak lebih ia hanya berharap segala nanarnya terbang bersama dedebuan atau tenggelam jauh di dasar segala yang ia harapkan sia sia, tentu saj mau tak mau ia harus pulang. ### Biasanya jika malam sesudah isya seperti ini pria itu sibuk berjibaku dengan mata pelajaran atau tugas sekolahnya jika tidak ia pasti di sibukkan dengan merangkai kata kata indah untuk pujaannya tetapi kini ia masih diam, diam seperti halnya dalam bengawan sana, termangu ! membayangkan bagaimana kiranya kalau kalau bertemu dengannya ekspresi apa atau gaya apa yang harus ia lakukan, kini pria itu hanya bisa mengutuk dirinya sendiri, betapa bodoh pula gegabahnya aku pekiknya dan entah kata apalagi yang keluar darinya yang jelas ia benar benar menyesalinya.
Surat yang terselip dalam tas
