Description
"Nama aku Khair. Arzen Bilal Khair."-πππππ πππππ πππππ Dia seorang petarung handal. Dakar tiada gentar. Rasa megah mengalir dalam darahnya sehingga rasa serakah menjadi dewa kepada jiwa dan akal. Terperamen mengatasi segalanya. "Kalah? Aku bertarung dalam gelanggang bukan untuk kalah."-πππππ πππππ πππππ Sehingga tercetusnya satu titik hitam yang membuat seluruh maya menimang benci kepadanya. Hanya kerana dia terlalu mengagungkan sebuah kemenangan. Dia pendosa. Dia mukmin yang hina di pandangan manusia dan Sang Pencipta. Tidak pernah luntur walau sekelumit pun rasa bersalah dalam dirinya. Sejak persetua itu juga, dia kehilangan dirinya sendiri. Waktu seakan-akan menemukan jeda ketika rasa bersalahnya harus dia tebus dengan segenggam keberanian. Akankah atmanya bertemu dengan mahalnya kata maaf itu? "Gue udah maafin semuanya, Khair. Bahkan gue ikhlas melepaskan Mahendra. Karena gue juga manusia biasa. Kita berjalan di bawah surut cakerawala yang sama, Khair."-ππππππ πππππππ Menguak hal yang telah larut seakan-akan membuat mereka masing-masing bosan dengan tajamnya terpaan duka. Entah kenapa, pertemuan mereka menimbulkan satu rasa yang sukar ditafsir. Ketika dua jiwa yang layu dipertemukan, adakah takdir sebenarnya ingin menyatukan mereka? Atau mungkin, itu hanya sebatas asa yang membiaskan fatamorgana? Β©lvndrella β οΈ Ultraman boleh baca. Yang bukan, hus hus!