Description
Ini cerita Avril. Anak pertama dari keluarga sederhananya Prasetyo. Menyukai cowo yang lebih muda 1 tahun darinya, yang masih berstatus pelajar dan bersekolah di sekolah yang sama dengan adiknya. Ini bukan cerita yang akan dapat langsung menemukan titik terang, tetapi cerita yang dengan perlahan akan menemukan titik terang. *** "Fhi." "Hm." Rafhi memainkan anak rambut Avril yang sedang menyenderkan kepalanya di bahu Rafhi. "Kadang aku suka malu kalo ketemu sama Mamah atau Papah kamu." "Loh kenapa?" Rafhi mengerutkan kedua alisnya. "Gak tau," suara pelan dan hati-hati menjadi jawaban dari Avril. "Coba Sya. Kamu tuh jangan merendahkan diri sendiri. Aku gak suka kamu kaya gini. Mana Thasya yang kuat, ga kenal lelah buat kejar aku." Avril yang mendengar itu langsung menegakan tubuhnya. lalu ia menyipitkan matanya ke arah Rafhi. "Siapa yang ngejar kamu?" "Kamu." Senyuman jahil terbit di bibir Rafhi. "Idih sok tau." Avril melipat kedua tangannya di dada. "Aku tanya deh." Rafhi mengubah posisinya menjadi menghadap Avril, "Siapa yang ng-dm duluan?" "Aku," jawab Avril polos. "Siapa yang bilang suka duluan?" "Aku." "Siapa yang bilang cinta duluan?" "Dih enggak yah." Avril yang mulai protes menyamakan duduknya untuk bisa melihat Rafhi, "Aku gak bilang cinta sama kamu." "Oh, kamu gak cinta sama aku?" "Enggak ko. Aku cinta sama kamu." Rona merah terlihat jelas di pipi Avril. "Nahkan, aku kalah start lagi." Rafhi tersenyum lebar penuh kemenangan. "Ish. Kamu nyebelin." "Tapi ngangeninkan?" "Enggak nyebelin." "Iya aku tau, aku gak nyebelin. Tapi ngangenin." "Ya tuhan." "Haha." Suara tertawa yang sangat puas terdengar di ruangan tersebut. "Jangan gitu lagi." Rafhi mengecup kening Avril dengan lembut dan dengan raut wajah yang mulai serius.