Prolog

Saya tak pernah ingin melihatmu jatuh. Jika saja kata-kata dapat digunakan sebagai sayap, saya berjanji bakal mengirimu surat setiap hari.

Surat dari seorang misterius, mengubah kehidupan hitam putih Levia menjadi penuh warna. Namun, sikap dan ucapan manusia serupa pena. Setiap orang yang ditemui adalah kertasnya. Terserah mau mengisinya dengan apa, tetapi jangan membuat kesalahan. Sebab, tinta di kertas begitu sulit dihapus.

Sesuatu itu sulit didapatkan karena bakal menjadi keajaiban?
Atau, justru karena tak pernah ditakdirkan?