Introduction

"Apa karena gue dan Dana punya ayah yang sama, kita jadi gak bisa saling peduli?" Putra bertutur getir. Suaranya masih bergetar.

Alam membuka mulutnya. Namun, yang keluar hanya desahan. Ia ingin menyangkal pertanyaan Putra. Sayang, kata-kata yang ia butuhkan mendadak tercerai-berai dalam kepalanya.

"Karena kita saudara, apakah kita harus saling benci?"

Alam menggeleng tanpa bisa bersuara.

"Gue capek nanggung rasa sakit, Lam."

"Kasih sakitnya ke gue. Jangan lu rasain sendiri. Buat gue berguna sebagai sahabat lu."

Putra memejamkan matanya. Emosi mengalir lagi dari kedua sudut matanya. "Gue gak minta hidup kayak gini, Lam. Gue gak minta jadi antagonis buat keluarga Dana."