Description
Membuka mata disetiap pagi menyongsong sudah seperti kutukan bagi Kemal, setiap hembusan nafasnya serasa menyakitkan laksana pedang yg tak hentinya menoreh setiap sudut tubuhnya. Ia tak ingin bernafas, benar-benar tidak sanggup. Detak jantung dalam tubuhnya itu tidak seharusnya menjadi miliknya, begitu dalamnsesal ia yang rasakan. "Mengapa aku tidak mati saja sejak tidurku?.." begitu kalimat yg tiap detik bergema dipalung jiwa Kemal Senyum, tawa, dan air mata Fena selalu mengiang diingatan Kemal hingga tatapan penuh amarah dari Bian turut menyiksa pagi yang seharusnya indah bagi Kemal. "Kamu harus bertanggung jawab padaku, karena kamu penghancur sebagian hidupku..kamu tidak layak bernafas lega di dunia ini" Itu kalimat tersadis yg hampir setiap hari diucapkan Bian, ia begitu membenci Kemal yg telah mengambil alih hidup Fena meski itu bukan keinginannya. "Bagaimana bisa aku hidup dengan jantung orang yang kucintai?.. bagaimana bisa mereka membuatku menjadi pembunuh?" Kemal menangis......
Teratai dikolam lumpur
