Description
Alderaya new version [on going] Rasa-rasanya, bumi akan runtuh dan dunia akan terguncang jika Dera dan Revan tidak adu mulut sehari saja. Hanya karena masalah sepele dihari pertama Dera masuk sekolah sebagai murid baru, keduanya bak kucing dan tikus yang selalu baku hantam di mana pun dan kapan pun. "Gue harap ini terakhir kalinya gue ketemu sama lo!" ucap Dera penuh dendam. Rasa bencinya terhadap cowok di depannya ini membumbung setinggi Gunung Semeru. "Sama." Revan menimpali dengan tak acuh. "Gue harap ini terakhir kalinya gue berurusan sama lo!" "Sama." "Gue harap ini terakhir kalinya lo bikin gue sial!" "Sama." Azz! Demi rambut Upin yang cuma sehelai, Dera menahan diri untuk tidak menjambak Revan detik ini juga. "Kok lo nyebelin, sih? Daritadi nyautnya gitu mulu." "Suka-suka gue," balas Revan tak peduli. "Dasar cowok sok, songong, nyebelin, seenaknya sendiri, pemaksa, ish! Benci banget gue sama lo!" maki Dera masih tak habis-habis dengan wajahnya yang merah padam karena terlalu kesal. "Kebetulan sama lagi. Gue juga benci banget sama lo." Dengan wajah sedatar papan tulis, Revan kembali melontarkan jawaban yang sama. Sontak Dera mendengkus keras-keras. Sial! Mimpi apa dirinya bisa bertemu dengan cowok menyebalkan yang menurutnya berasal dari Kutub Utara sana karena begitu dingin dan tak berperasaan. Sepertinya cewek itu melupakan fakta bahwa dirinya sempat terpesona dengan Revan di pertemuan pertama mereka. Banyak orang yang bilang kalau rasa benci perlahan-lahan akan berubah menjadi rasa cinta. Namun, akankah hal itu berlaku untuk mereka berdua dikala Dera sendiri sudah mempunyai seseorang yang dia sukai? ___________________ Happy reading! ^_^