Description
HATI-HATI BACA CERITA INI, KARENA BERTEBARAN PART YANG DIPRIVATE ACAK GUNA MENGURANGI KEGIATAN PLAGIARISME YANG SEMAKIN MARAK. JIKA INGIN MEMBACA LENGKAP, SILAKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU. • • • Mengarungi biduk rumah tangga hampir sewindu, nyatanya rumah mereka masih sama. Masih terdiri dari dua orang yang berstatus sebagai suami dan istri. Masih jua tanpa buah hati yang mengisi. Bukan tak terenyuh setiap kali mendengar kabar kerabat yang memiliki momongan baru. Namun apa boleh dikata, sang pencipta belum memberi mereka kesempatannya. "Mungkin Allah masih ingin kita merasakan romantisme berdua dulu." Setidaknya itulah yang selalu Arif katakan pada Asma selama 7 tahun ini. Dulu, kalimat itu ampuh menjadi obat penenang memang. Dulu juga ucapan itu mampu menjadi air di padang Asma yang tandus. Sayangnya, hidup selalu dipenuhi ironi. Mahda, ibu Arif lama-kelamaan lelah juga menanti. Hingga akhirnya ... muncullah perlahan pemicu cerita ini bermula. Istri pengganti, hati yang tersakiti, kehidupan yang tetap harus berlandaskan realiti, bahkan sampai pengorbanan yang tiada henti. Semua terikat menjadi kesatuan dalam lika-liku kehidupan berumah tangga. Semua yang terasa manis dan harmonis itu, perlahan berubah hambar dan menjadi miris. "Kamu tetap Asma'ul Husna-ku, Ma. Tetap 99 nama Allah-ku." -Arif Ibrahim- ©Nova Beladona, 2018. Bengkalis-Riau.
Biennevue
