Description
Sejak kecil aku tidak menyukai hujan. Bagiku hujan itu menyebalkan. Bukankah banyak orang memilih meringkuk di tempat tidur berlindung di bawah selimut saat hujan turun? Bukankah banyak orang yang menyeringai ketakutan saat petir menyambar yang selalu hadir bersamaan dengan hujan? Belum lagi orang yang terhambat aktivitasnya karena hujan datang di saat yang tidak tepat. Meski kita tidak bisa hidup tanpa hujan, aku tetap tidak suka hujan. Sampai akhirnya aku mengenal dia. Dia yang sangat menyukai hujan membuatku belajar mengenali hujan dan perlahan aku bisa merasakan perasaan yang ia rasakan pada hujan. Katanya, setiap tetas air hujan adalah salam rindu dari Tuhan. Tapi setelah dia pergi, bagiku setiap tetes hujan adalah salam rinduku untuknya. Dia yang pergi begitu saja, membuatku menelan semua rasa bersalahku sendirian selama delapan tahun. Ada banyak hal yang ingin kukatakan padanya. Lebih dari itu, aku ingin mengatakan bahwa aku sayang padanya, sesuatu yang tidak kusadari delapan tahun yang lalu.