bintarobastard
Di tengah sunyi pandemi Jakarta 2020, Gerimis Mochtar (Geri), penulis berusia 38 tahun, meluncurkan novel terbarunya, Jika, lewat konferensi Zoom setelah sembuh dari Covid-19. Bagi dunia luar, Jika hanyalah roman berlatar Tangerang 1997-tentang persahabatan, cinta remaja, dan kehilangan di tengah keluarga kelas pekerja lapak rongsokan. Namun di balik halaman-halamannya, tersembunyi memoar rahasia Geri: pengakuan diam-diam tentang cinta dan penyesalan terbesar hidupnya.
Dua puluh tiga tahun lalu, Geri adalah remaja pemalu berusia 15 tahun, terobsesi menulis cerita dan bercita-cita menjadi novelis. Di lapak rongsokan keluarganya, ia dekat dengan Hasrat-pemuda 20 tahun yang menyalakan gairah Geri pada dunia menulis-dan Bisma, abang karismatiknya yang juga menjadi idola banyak orang. Ikatan ketiganya berubah pelik ketika Geri menyadari kedekatan emosional dan romantis antara Hasrat dan Bisma. Kecemburuan dan keinginan untuk menjadi yang utama membuat Geri muda melakukan satu kesalahan fatal: menuduh Hasrat sebagai pencuri dan penyebab aib keluarga, fitnah yang berujung pada pengusiran Hasrat dan kepergian Bisma dari rumah.
Sejak hari itu, Geri hidup dalam penyesalan panjang. Segala pencapaian, tulisan, dan kehidupan dewasanya tak pernah sanggup menutup luka batin itu. Jika ia tulis bukan untuk menebar sensasi, melainkan sebagai upaya menebus dosa pada dua lelaki yang ia cintai dan sakiti-Hasrat dan Bisma-meski tanpa pernah mengakui kisah sebenarnya pada siapa pun.
Melalui Jika, Geri berharap: penyesalan, cinta, dan kata "maaf" yang tak pernah terucap, akhirnya menemukan tempatnya di antara halaman dan hujan.
Di luar sorotan Zoom dan keramaian media, Jika tetap menjadi pengakuan sunyi-sebuah permohonan pengampunan yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang pernah kehilangan segalanya karena cinta dan keegoisan sendiri.