Oke² Aka salah, Aka telat banget update cerita. Maap yaa
Aka lagi sibuk ni buat demo eskul nanti, buat nampilin eskul Aka ke dede² emesh :* Terus jga kan Aka harus nyiapin buat mplsnya jga. Hadeh cape euy :(
Yauda silahkan baca buat kalian yang udah digantungin sama Aka :v
Jangan lupa vote + comennya yaa Supaya Aka makin semangat buat update teroos. Okaayyyyyyyyy (maksa)
Keep reading :*
***
Semua terasa begitu cepat. Sudah sembilan hari sejak kejadian itu, hari dimana nyawa dipertaruhkan untuk orang yang dia sayang.
Sudah sembilan hari pula Alden masih belum tersadar dari koma. Hari demi hari sangat berat bagi keluarga Alden dan juga Bella tentunya. Bella sangat menyesal, kenapa harus Aden? Kenapa bukan dirinya?
Saat itulah Bella bisa merasakan namanya cinta tanpa batas. Alden telah membuktikan itu semua.
Bella pun masih berada dirumah sakit yang sama dengan Alden karena harus menjalankan beberapa pengobatan dirinya dan juga trauma yang dia alami.
Sedangkan Alden, dia masih berjuang melawan mautnya. Berjuang demi orang-orang yang sayang dan selalu berada disampingnya. Walaupun kemungkinannya tipis jika tim medis bilang.
"Sampai kapan?"
"Sampai kapan Mi Bella harus nunggu Alden untuk bangun?"
"Ini semua salah Bella, kenapa Bella harus percaya sama Nico lagi? Bella bodoh kan mah?"
Semua dalang dari penculikan Bella adalah Nico. Dia tidak terima jika Bella sudah bahagia tanpanya, apalagi dia bahagia dengan orang yang sudah mempermalukannya didepan umum. Saat Alden menonjok Nico dicaffe karena telah membuat Bella nangis.
Kini dia sudah berada didalam jeruji besi beserta dengan orang-orang suruhannya. Kini hanya pengadilan yang bisa menghukum mereka semua dan semoga hukumannya setimpal dengan apa yang telah mereka perbuat.
Sedangkan Rani terus menenangkan putrinya yang terus saja bilang bahwa dirinya lah yang salah atas semua ini.
"Ini bukan salah kamu sayang ini adalah ujian buat kita, apakah kita mampu melewatinya atau tidak. Mami yakin kita bisa melewatinya jika kita terus berdoa dan berusaha." Rani mengelus tangan Bella yang dipasang selang infus.
Kuat. Itulah yang harus Bella lakukan sekarang ini. Bella harus kuat untuk dirinya dan juga untuk yang lain, dia tidak ingin menambah beban lagi.
Bella mengangguk lemas pada Rani.
"Kalau lo udah sembuh mau gue beliin apani? Gue bakalan beliin langsung dah gabakal buat lo nangis dulu baru gue beliin." Faisal memecahkan keheningan yang terjadi diruangan Bella.
Bella hanya menggelengkan kepalanya lemas sambil tersenyum.
"Alah lo sosoan gak mau. Jangan-jangan lo bukan Bella ya? Bella yang gue kenal bukan kek gini, biasanya dia langsung mau bahkan tanpa gue tawarin dia langsung nyosor aja."
Plak.
Bukannya mendapat jawaban Faisal malah mendapat pukulan dari Safa.
"Lo tuh ya, gak bisa liat sikon apa? Udah tau Bella masih lemes siapa tau juga kan dia lagi cape ngomong atau dia males ngomong sama lo yang cerewet."
Faisal meringis kesakitan akibat tangan kanannya dipukuli Safa cukup keras.
"Sakit tau Saf, lo mah pake tenaga badak."

YOU ARE READING
MAYBE YOU
Teen FictionMenurut Bella, Cinta itu hanya bikin sakit hati, hanya bisa kasih harapan palsu, hanya omong kosong, dan Cinta itu hanya ada di dunia dongeng dan di dunia drama. Karena masa lalunya dan ditambah dia selalu bertemu dengan cowok yang suka tebar perso...